Udon
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Langsung ke: navigasi, cari
Udon kuah sederhana (Su-udon atau Kakeudon)
Udon (うどん,饂飩 ?) adalah salah satu jenis mi yang sudah dikenal di Jepang sejak dulu, dibuat dari tepung terigu dan berbentuk tebal serta agak lebar.Definisi
Sesuai standar JAS, udon berbentuk bulat seperti pipa harus berdiameter di atas 1,7 mm, sedangkan udon berbentuk pipih harus memiliki lebar di atas 1,7 mm. Hiyamugi terlihat mirip dengan udon namun lebih langsing. Hiyamugi mempunyai diameter 1,2-1,7 mm dan ketebalan 1,0-2,0 mm. Selain disebut Hiyamugi, udon yang langsing juga disebut Hosoudon.
Tepung terigu berprotein sedang atau rendah diulen dengan air dan sedikit garam untuk membuat adonan udon. Setelah adonan dipotong-potong, udon bisa langsung direbus. Udon rebus biasanya dimakan bersama kuah yang dibuat dari dashi dengan tambahan kecap asin yang disebut tsuyu. Di Jepang bagian barat, kuah udon berwarna coklat muda hampir bening karena memakai kecap asin encer (usukuchi shōyu). Sedangkan di Jepang bagian timur, kuah udon berwarna gelap hampir hitam karena memakai kecap asin kental (koikuchi shōyu).
Di Jepang, udon merupakan makanan rakyat, berharga murah dan banyak dimakan sebagai pengganti nasi. Orang Jepang sejak dulu sudah akrab dengan udon dan sering dimakan beramai-ramai sewaktu ada keramaian atau perayaan. Variasi cara memasak dan jenis lauk yang digunakan berbeda-beda bergantung pada daerahnya di Jepang.
[sunting] Sejarah
Di zaman kuno, udon dilafalkan sebagai "undon". Konon orang Jepang mengenalnya di abad pertengahan sebagai makanan asal Tiongkok. Sampai sekarang, pangsit (wonton) dalam dialek Wu ditulis sebagai 餛飩 dan dibaca sebagai undon.
Dalam kitab Engishiki, "undon" diperkenalkan sebagai salah satu jenis makanan dari dinasti Tang. Tapi "undon" zaman itu mungkin lebih dekat dengan pangsit, karena berupa daging dibungkus lembaran tepung yang digilas tipis.
Udon yang dikenal sekarang ini dulunya disebut Kirimugi, dan baru disebut "udon" sejak zaman Edo. Pada waktu itu, "udon" adalah nama untuk sejenis masakan berupa kirimugi yang dimakan dengan kuah hangat, atau didinginkan dengan air es setelah direbus.
[sunting] Udon di berbagai daerah
Menurut pembagian yang dibuat orang awam, udon identik dengan Jepang bagian barat sedangkan soba identik dengan Jepang bagian timur. Pembagian model ini tidak sepenuhnya benar, banyak wilayah di Jepang bagian timur yang sekaligus mengenal soba dan udon.
Udon sudah dikenal luas penduduk Edo sejak zaman Edo. Di paruh pertama zaman Edo, soba berbentuk mi belum dikenal. Ketika orang masih menikmati tepung soba dalam bentuk Sobagaki, udon sudah merupakan mi yang populer. Tapi setelah dikenal mi dari soba yang kepopulerannya diangkat rumah makan khusus soba (sobaya), udon tidak lagi merupakan makanan populer di Edo.
Di Tokyo dan sekitarnya, rumah makan khusus udon memang tidak banyak dijumpai dibandingkan di daerah Kansai. Sebaliknya di daerah Kansai hampir sulit ditemui rumah makan khusus soba. Di dalam menu penjual udon di daerah Kansai biasanya juga tersedia soba. Selain itu, rumah makan yang menyediakan soba sering menyebut dirinya rumah makan udon.
Kepopuleran Sanuki udon di tahun 2000 sempat membuka peluang bagi ekspansi restoran udon model waralaba di wilayah Kanto. Sayangnya, sejak tahun 2004 minat orang terhadap Sanuki udon terlihat cenderung menurun. Di daerah asal Sanuki udon di Prefektur Kagawa, hanya ada sedikit penjual udon yang mau memasukkan soba ke dalam menu.
[sunting] Kuah
Kuah udon di daerah Kanto berbeda dengan kuah udon di daerah Kansai. Di daerah Kanto, kuah berwarna gelap dan terasa lebih asin. Sedangkan di daerah Kansai, kuah nyaris bening dan tidak asin.
Di daerah Kanto, kuah udon secara umum dibuat berdasarkan takaran untuk membuat kuah soba. Kuah udon ala Kanto dibuat dari campuran dashi dan kaeshi (mirin dan gula yang dimasak bersama kecap asin). Di daerah Kansai, kuah udon berupa dashi yang dibuat dari campuran berbagai bahan seperti: kombu, sababushi, katsuobushi, shiitake, dan niboshi yang sudah sedikit digongseng. Ditambah kecap asin encer yang warnanya tidak terlalu gelap, kuah udon yang dihasilkan berwarna hampir bening.
Kuah udon di daerah Kanto sering dianggap terlalu asin bagi orang Kansai, bahkan dari cuma melihatnya saja. Orang asal Kansai sering tidak mau makan udon ala Kanto yang kuahnya berwarna gelap hingga dasar mangkok menjadi tidak kelihatan. Asin atau tidak asin sebenarnya tidak bisa ditentukan dari warna kuah. Kecap asin kental yang digunakan di daerah Kanto hanya memiliki aroma dan warna yang lebih pekat. Sedangkan kadar garam yang dikandung kira-kira hampir sama dengan kecap asin encer di daerah Kansai.
Sebagai jalan tengah, rumah makan udon di daerah Kanto perlu menuliskan udon yang dijualnya sebagai ala Kansai atau ala Kanto. Prefektur Shiga, Prefektur Gifu, Prefektur Aichi, dan Prefektur Shizuoka sering dipakai orang sebagai garis batas yang memisahkan udon ala Kansai dan udon ala Kanto. Di tempat-tempat tersebut bisa ditemui udon dalam dua versi.
Pembagian udon ala Kanto dan ala Kansai bisa juga ditemui di kios-kios penjual mi soba yang ada di dalam stasiun JR sepanjang jalur utama Tokaido. Kuah yang digunakan penjual soba di stasiun kereta api JR mulai dari stasiun Sekigahara ke arah timur, seperti Nagoya dan Gifu adalah kuah kental ala Kanto. Sebaliknya, penjual soba dari stasiun Sekigahara ke arah barat semuanya menggunakan kuah encer ala Kansai.
[sunting] Jenis-jenis udon
[sunting] Berdasarkan bentuk
Udon tebal (futo udon)
Udon tipis (hoso udon)
Udon kecil-kecil (himokawa udon)
[sunting] Berdasarkan cara pembuatan
Teuchi (udon buatan tangan)
Adonan udon digilas tipis dan dipotong memakai pisau secara manual. Disebut juga Teuchi Udon, dan banyak ditawarkan rumah makan udon kelas menengah hingga kelas atas.
Kikaiuchi (udon buatan mesin)
Dibuat di pabrik dengan mesin otomatis sehingga harganya murah. Sebagian besar udon yang dijual di Jepang merupakan produksi pabrik.
Tenobe (udon yang dilebarkan dengan tangan)
Udon jenis ini termasuk langka, dibuat dengan cara menarik-narik adonan dan melipatnya berkali-kali dengan menggunakan dua batang kayu atau sumpit panjang. Cara ini mirip dengan teknik pembuatan somen atau mi tradisional Tiongkok.
[sunting] Berdasarkan bentuk fisik
Tama udon (udon bundar)
Udon mentah yang baru jadi direbus dengan air mendidih selama 1 menit. Setelah itu udon diangkat dan dibundarkan. Sebelum dimakan, udon masih harus direbus kembali dan ditiriskan. Udon jenis ini masih banyak mengandung air dan tidak tahan lama disimpan. Tama udon yang dimasukkan ke dalam kantong plastik disebut Yude udon (udon rebus) dan banyak dijual di pasar-pasar swalayan di Jepang.
Nama udon (udon segar)
Udon yang baru jadi, ditaburi tepung dan dibungkus. Udon segar biasanya lebih enak dari jenis udon lainnya, tapi tidak tahan lama disimpan. Selama belum direbus, tepung terigu yang dikandung udon terus mengalami proses pematangan. Udon segar harus segera dimasak karena cuma tahan beberapa hari saja. Sebelum dihidangkan, udon segar harus direbus dan ditiriskan airnya.
Hoshi udon (udon kering)
Udon yang dijadikan udon kering biasanya adalah hoso udon (udon tipis). Setelah jadi, udon dilipat sama panjang, berbentuk persegi empat dengan panjang sekitar 20 cm dan dikeringkan. Udon kering bisa tahan lama disimpan dan sebelum dimakan harus direbus terlebih dulu. Dibandingkan dengan udon segar, udon yang sudah dikeringkan rasanya tidak begitu enak. Udon jenis ini sering digunakan untuk membuat udon goreng yang disebut Yakiudon.
Reitō udon (udon beku)
Setelah direbus dengan air mendidih, udon langsung dibekukan. Jenis udon segar yang dibekukan tanpa direbus lebih dulu disebut Reitonama udon (udon segar beku). Air yang terkandung di dalam berbagai jenis mi akan mengembang bila dibekukan. Susunan molekul tepung terpecah-pecah sehingga rasa mi menjadi kurang enak. Agar udon beku yang sudah direbus bisa kenyal kembali, produsen udon sering menambahkan tapioka atau zat tepung yang lain.
Udon instan
Udon instan yang dijual dalam kemasan mangkok biasanya sudah digoreng dengan minyak atau mengalami proses freeze drying. Udon instan tahan lama dan bisa langsung dimakan setelah diseduh air panas. Udon instan yang tidak digoreng tapi dikeringkan dengan hembusan udara panas sering dianggap lebih enak.
[sunting] Berdasarkan cara masak
[sunting] Udon yang disajikan panas-panas
Nabeyaki udon
Misonikomi udon
Udon rebus
Setelah direbus dan ditiriskan, udon diletakkan di dalam mangkok dan diberi kuah yang panas. Di atasnya lalu diberi berbagai macam lauk. Di daerah Kanto, udon rebus yang di atasnya tidak diberi apa-apa disebut Kakeudon, sedangkan di daerah Kansai disebut Su-udon.
Udon kuah yang tidak diberi apa-apa merupakan cara menikmati udon yang paling umum di daerah Kansai. Udon yang lebih lunak lebih disukai di daerah Kansai, karena bisa menyerap kuah lebih banyak. Tapi di daerah Kansai juga terdapat banyak rumah makan Sanuki udon yang menyajikan udon yang lebih kenyal.
Kama-age udon
Udon yang sudah direbus tidak ditiriskan dulu dan langsung disajikan di dalam pancinya yang disebut "kama". Udon dimakan sesuap demi sesuap dengan sumpit setelah sebelumnya dicelupkan dalam kuah yang ada di mangkok terpisah.
Bukkake udon
Setelah direbus, udon dicuci sekali dengan air dingin untuk menghilangkan lendir yang tersisa. Disajikan sewaktu masih hangat atau didinginkan lebih dulu. Udon disajikan di dalam mangkok dengan sedikit kuah kental yang dibuat dari dashi kombu dan kecap asin. Sebelum dimakan, udon perlu diaduk-aduk lebih dulu. Di atasnya sering dihias dengan telur puyuh mentah dan katsuobushi.
Nikomi udon
Udon yang dihidangkan di hotpot (mangkuk tanah liat) merupakan makanan musim dingin. Secara umum di Jepang dikenal sebagai Nabeyaki udon. Prefektur Aichi terkenal masakan udon bernama Misonikomi udon. Udon yang sudah direbus, digodok kembali di dalam kuah miso (hatchō miso) yang kental hingga rasa miso menyerap ke dalam udon dan dihidangkan panas-panas.
[sunting] Udon yang disajikan dingin
Hiyashi udon
Udon yang sudah direbus, didinginkan dulu dengan air es. Udon disajikan di dalam mangkok dan dituangi saus (tsuyu) yang juga dingin. Hiyashi udon merupakan makanan di musim panas. Dihidangkan bersama penyedap seperti daun bawang, parutan jahe, wijen, atau myōga.
Zaru udon
Udon yang sudah direbus, didinginkan dengan air es dan ditiriskan. Udon disajikan di atas nampan kecil dari bambu (zaru), sama seperti menghidangkan makanan yang disebut zarusoba. Sama seperti Hiyashi udon yang dinikmati di musim panas, zaru udon dimakan sesuap demi sesuap dengan sumpit setelah dicelupkan ke dalam kuah yang ada di mangkok terpisah.
Bukkake udon
Udon yang sudah didinginkan dengan air es dihidangkan di dalam mangkuk bersama saus (tsuyu) yang juga dingin. Di atasnya diletakkan berbagai macam gorengan (tempura) atau dimakan bersama parutan lobak.
Sarada udon (selada udon)
Udon dingin diletakkan di atas berbagai macam sayur-sayuran seperti ketimun, daun selada, dan tomat. Saus untuk selada (dressing) bisa berupa mayones atau campuran cuka dan kecap asin dengan rasa wijen.
[sunting] Cara makan yang lain
Yakiudon
Sebagai pengganti mi, udon dimasak seperti Yakisoba. Cara masak udon seperti ini baru dikenal sejak tahun 1970-an.
Age udon
Udon segar dipotong-potong sama panjang dan digoreng seperti french fries. Dimakan sebagai makanan ringan dengan taburan garam sewaktu minum bir.
[sunting] Berdasarkan lauk
Kitsune udon
[sunting] Su-udon (Kakeudon)
Udon setelah direbus diberi kuah dan dimakan tanpa lauk selain irisan daun bawang. Su-udon merupakan cara menikmati udon yang paling sederhana. Warna kuah Su-udon berbeda antara versi Kansai dan Kanto.
[sunting] Kayaku udon
Kayaku udon adalah udon dengan berbagai macam lauk yang diletakkan di atasnya. Di daerah Kansai, "kayaku" berarti lauk tapi istilah ini mungkin tidak dimengerti orang di daerah Kanto yang menyebut lauk sebagai "tanemono". Di beberapa tempat di Jepang bagian barat, udon jenis ini dikenal sebagai "Okame udon," dengan lauk seperti naruto (irisan bakso ikan dengan sedikit warna merah jambu), spinacia dan daging ayam.
[sunting] Kitsune udon
Aburage yang dimasak manis dengan kecap asin dan gula diletakkan di atas udon kuah. Kitsune udon merupakan makanan populer di daerah Kansai. Di beberapa daerah, udon kuah dengan aburage dikenal juga sebagai Tanuki udon.
[sunting] Tsukimi udon
Udon diletakkan di dalam mangkuk, di atasnya diletakkan telur mentah dan disirim dengan kuah dashi yang panas. Dalam bahasa Jepang, "tsukimi" berarti "melihat bulan", putih telur yang terkena kuah panas terlihat seperti awan dan kuning telur pada udon terlihat bulat seperti bulan.
[sunting] Tempura udon
Udon kuah yang di atasnya diberi tempura (udang atau cumi-cumi) dan kakiage.
[sunting] Tanuki udon dan Haikara udon
Di daerah Kanto, udon kuah dengan taburan tenkasu disebut Tanuki udon. Di daerah Kansai, hidangan yang sama disebut Haikara udon, sedangkan di Kyoto, Tanuki udon berarti udon kuah yang diatasnya diberi irisan aburage.
[sunting] Kare udon
Kuah dibuat dari dashi ditambah bubuk kare dan sedikit dikentalkan dengan tambahan tepung. Daging yang digunakan adalah daging sapi.
Kare udon baru dikenal pada zaman Meiji, mulanya dianggap orang sebagai makanan luar biasa aneh. Tapi sekarang hampir semua penjual udon di Jepang menyediakan kare udon.
Kare udon sering tidak disukai orang karena mengotori baju sewaktu dimakan. Udon yang licin sulit diangkat dengan sumpit dan udon yang jatuh mencipratkan kuah kare ke baju. Celemek sering disediakan rumah makan udon untuk tamu yang takut bajunya kotor akibat makan kare udon.
[sunting] Niku udon
Udon kuah dengan lauk daging sapi yang dimasak dengan kecap asin. Di daerah Kanto, daging yang dipakai adalah daging babi.
[sunting] Chikara udon
Chikara udon berarti "udon tenaga," berupa udon kuah dengan tambahan mochi di atasnya.
[sunting] Shippoku udon
Udon kuah khas Kyoto dengan jamur shiitake yang sudah dimasak dengan kecap asin, kamaboko, dan fu.
[sunting] Ankake udon
Udon dengan kuah yang dikentalkan dengan tepung. Udon jenis ini sering dijumpai di Kyoto dan dimakan bersama penyedap irisan daun bawang dan parutan jahe.
[sunting] Penyedap
Udon biasanya dimakan bersama irisan daun bawang. Jenis daun bawang yang digunakan juga berbeda antara daerah Kansai dan daerah Kanto.
Sampai pertengahan zaman Edo, udon juga sering dimakan dengan merica. Selain itu, udon sering diberi taburan bubuk cabai (ichimi togarashi), bubuk cabai bercampur berbagai rempah (hichimi togarashi), dan parutan jahe.
[sunting] Masakan udon berbagai daerah
Di berbagai daerah di Jepang terdapat banyak sekali variasi masakan udon, dan beberapa di antaranya yang terkenal:
Bei kare udon dari kota Bei di Hokkaido
Inaniwa udon dari Prefektur Akita.
Ise udon dengan kuah kental berwarna gelap dari Prefektur Mie
Kishimen udon dengan udon berbentuk pipih dari daerah Nagoya
Sanuki udon yang tebal dan kenyal dari Prefektur Kagawa
Hoto udon yang pipih dan lebar dari Prefektur Yamanashi
Dangojiru dari Prefektur Ōita, mirip dengan Hoto udon
Kamis, 27 Agustus 2009
Tatami
Tatami
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Langsung ke: navigasi, cari
Kamar dengan enam tikar Tatami dan shoji.
Tatami (畳 tatami ?) (secara harafiah berarti "lipat dan tumpuk") adalah semacam tikar yang berasal dari Jepang yang dibuat secara tradisional, Tatami dibuat dari jerami yang sudah ditenun, namun saat ini banyak Tatami dibuat dari styrofoam. Tatami mempunyai bentuk dan ukuran yang beragam, dan sekelilingnya dijahit dengan kain brokade atau kain hijau yang polos.
Pada mulanya, Tatami adalah barang mewah yang dapat dimiliki orang kaya. Saat itu kebanyakan rumah orang miskin tidak memiliki lantai, melainkan tikar. Tatami kemudian menjadi populer diabad ke-17.
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Langsung ke: navigasi, cari
Kamar dengan enam tikar Tatami dan shoji.
Tatami (畳 tatami ?) (secara harafiah berarti "lipat dan tumpuk") adalah semacam tikar yang berasal dari Jepang yang dibuat secara tradisional, Tatami dibuat dari jerami yang sudah ditenun, namun saat ini banyak Tatami dibuat dari styrofoam. Tatami mempunyai bentuk dan ukuran yang beragam, dan sekelilingnya dijahit dengan kain brokade atau kain hijau yang polos.
Pada mulanya, Tatami adalah barang mewah yang dapat dimiliki orang kaya. Saat itu kebanyakan rumah orang miskin tidak memiliki lantai, melainkan tikar. Tatami kemudian menjadi populer diabad ke-17.
Pheonix
Phoenix (mitologi)
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Langsung ke: navigasi, cari
Lihat pula: Burung Api (mitologi)
Burung Phoenix dalam Riwayat Nuremberg.
Phoenix (Phœnix) dalam mitologi Mesir adalah burung legendaris yang keramat. Burung Api ini digambarkan memiliki bulu yang sangat indah berwarna merah dan keemasan.
Phoenix dikatakan dapat hidup selama 500 atau 1461 tahun. Setelah hidup selama itu, Phoenix membakar dirinya sendiri. Setelah itu, dari abunya, munculah burung Phoenix muda. Siklus hidup burung Phoenix seperti itu (regenerasi), bangkit kembali setelah mati, lalu muncul sebagai sosok yang baru.
Phoenix merupakan simbol dari keabadian, lambang dari siklus kehidupan setelah mati, dan simbol dari kebangkitan tubuh setelah mati.
Phoenix menjadi simbol suci pemujaan terhadap Dewa matahari di Heliopolis, Mesir. Burung Phoenix simbol dari "Dewa Matahari - Ra".Dalam mitologi hindu phoenix juga digambarkan sebagai garuda.
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Langsung ke: navigasi, cari
Lihat pula: Burung Api (mitologi)
Burung Phoenix dalam Riwayat Nuremberg.
Phoenix (Phœnix) dalam mitologi Mesir adalah burung legendaris yang keramat. Burung Api ini digambarkan memiliki bulu yang sangat indah berwarna merah dan keemasan.
Phoenix dikatakan dapat hidup selama 500 atau 1461 tahun. Setelah hidup selama itu, Phoenix membakar dirinya sendiri. Setelah itu, dari abunya, munculah burung Phoenix muda. Siklus hidup burung Phoenix seperti itu (regenerasi), bangkit kembali setelah mati, lalu muncul sebagai sosok yang baru.
Phoenix merupakan simbol dari keabadian, lambang dari siklus kehidupan setelah mati, dan simbol dari kebangkitan tubuh setelah mati.
Phoenix menjadi simbol suci pemujaan terhadap Dewa matahari di Heliopolis, Mesir. Burung Phoenix simbol dari "Dewa Matahari - Ra".Dalam mitologi hindu phoenix juga digambarkan sebagai garuda.
Tachi
Tachi
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Langsung ke: navigasi, cari
Tachi karya Bishu Osafune Sukesada, zaman Muromachi
Tachi (太刀 ?) adalah sejenis pedang Jepang yang lebih melengkung dan sedikit lebih panjang daripada katana. Gilbertson, Oscar Ratti, dan Adele Westbrook mengatakan bahwa pedang disebut tachi jika digantung pada obi dengan sisi tajam mengarah ke bawah, dan pedang yang sama disebut katana jika dibawa dengan sisi tajam mengarah ke atas dan diselipkan pada korset.[1] Pedang model tachi akhirnya tak dipakai lagi dan digantikan oleh katana. Sementara itu, pedang model daitō (pedang panjang yang lebih dulu ada daripada katana), panjang rata-rata mata pedangnya sekitar 78 cm (lebih panjang dari katana yang panjang rata-ratanya sekitar 70 cm). Berlawanan dengan cara tradisional membawa katana, tachi dikenakan dengan sisi tajam mengarah ke bawah dan biasanya dibawa pasukan kavaleri. Variasi dari panjang rata-rata tachi dibedakan dengan awalan ko- untuk tachi berukuran pendek dan ō- untuk tachi berukuran lebih panjang. Sebagai contoh, tachi model shōtō yang panjangnya hampir sama dengan wakizashi disebut kodachi. Pedang tachi terpanjang yang disebut ōdachi dari abad ke-15 berukuran panjang lebih dari 3,7 meter (panjang mata pedangnya 2,2 m) namun tachi model ini diperkirakan hanya digunakan pada upacara-upacara. Pada tahun 1600-an, banyak tachi kuno diperpendek menjadi katana. Hampir seluruh pedang tachi yang sekarang ada termasuk jenis o-suriage. Jadi, jarang sekali terdapat pedang tachi ubu yang asli dan bertanda tangan.[rujukan?]
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Langsung ke: navigasi, cari
Tachi karya Bishu Osafune Sukesada, zaman Muromachi
Tachi (太刀 ?) adalah sejenis pedang Jepang yang lebih melengkung dan sedikit lebih panjang daripada katana. Gilbertson, Oscar Ratti, dan Adele Westbrook mengatakan bahwa pedang disebut tachi jika digantung pada obi dengan sisi tajam mengarah ke bawah, dan pedang yang sama disebut katana jika dibawa dengan sisi tajam mengarah ke atas dan diselipkan pada korset.[1] Pedang model tachi akhirnya tak dipakai lagi dan digantikan oleh katana. Sementara itu, pedang model daitō (pedang panjang yang lebih dulu ada daripada katana), panjang rata-rata mata pedangnya sekitar 78 cm (lebih panjang dari katana yang panjang rata-ratanya sekitar 70 cm). Berlawanan dengan cara tradisional membawa katana, tachi dikenakan dengan sisi tajam mengarah ke bawah dan biasanya dibawa pasukan kavaleri. Variasi dari panjang rata-rata tachi dibedakan dengan awalan ko- untuk tachi berukuran pendek dan ō- untuk tachi berukuran lebih panjang. Sebagai contoh, tachi model shōtō yang panjangnya hampir sama dengan wakizashi disebut kodachi. Pedang tachi terpanjang yang disebut ōdachi dari abad ke-15 berukuran panjang lebih dari 3,7 meter (panjang mata pedangnya 2,2 m) namun tachi model ini diperkirakan hanya digunakan pada upacara-upacara. Pada tahun 1600-an, banyak tachi kuno diperpendek menjadi katana. Hampir seluruh pedang tachi yang sekarang ada termasuk jenis o-suriage. Jadi, jarang sekali terdapat pedang tachi ubu yang asli dan bertanda tangan.[rujukan?]
Wakizashi
Wakizashi
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Langsung ke: navigasi, cari
Peletakan pedang gaya Wakizashi, zaman Edo,abad ke-19
Wakizashi (bahasa Jepang: 脇差) adalah pedang Jepang tradisional dengan panjang mata bilah antara 30 dan 60 sentimeter (antara 12 hingga 24 inci), serupa tetapi lebih pendek bila dibandingkan dengan katana yang sering dikenakan bersama-sama. Apabila dikenakan bersama, pasangan pedang ini dikenali sebagai daisho, yang apabila diterjemahkan secara harafiah sebagai "besar dan kecil"; "dai" atau besar untuk katana, dan "sho" untuk wakizashi.
Wakizashi diperbuat dengan bentuk "zukuri" dan "niku" yang berbeda, dan biasanya, tebal bilah pedangnya lebih tipis dibandingkan dengan katana. Ia seringkali dikatakan mempunyai "kurang niku" (yang artnya secara harfiah 'daging', ukuran bagaimana bengkoknya convex mata bilah itu) dan dengan itu memotong sasaran "lembuh" lebih dashyat berbanding katana.
Wakizashi digunakan sebagai senjata samurai apabila tidak ada Katana. Apabila memasuki bangunan suci atau bangunan istana, samurai akan meninggalkan katananya pada para pengawal pada pintu masuk. Namun, wakizashi selalu tetap dibawa pada setiap waktu, dan dengan itu, ia menjadi senjata bagi samurai, serupa seperti penggunaan pistol bagi tentara. Seseorang samurai akan mengenakannya ketika dia sadar bahkan sewaktu mereka tidur, senjata itu tetap berada disampingnya. Pada masa silam, terutamanya semasa perang saudara, tanto dikenakan bagi menggantikan wakizashi.
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Langsung ke: navigasi, cari
Peletakan pedang gaya Wakizashi, zaman Edo,abad ke-19
Wakizashi (bahasa Jepang: 脇差) adalah pedang Jepang tradisional dengan panjang mata bilah antara 30 dan 60 sentimeter (antara 12 hingga 24 inci), serupa tetapi lebih pendek bila dibandingkan dengan katana yang sering dikenakan bersama-sama. Apabila dikenakan bersama, pasangan pedang ini dikenali sebagai daisho, yang apabila diterjemahkan secara harafiah sebagai "besar dan kecil"; "dai" atau besar untuk katana, dan "sho" untuk wakizashi.
Wakizashi diperbuat dengan bentuk "zukuri" dan "niku" yang berbeda, dan biasanya, tebal bilah pedangnya lebih tipis dibandingkan dengan katana. Ia seringkali dikatakan mempunyai "kurang niku" (yang artnya secara harfiah 'daging', ukuran bagaimana bengkoknya convex mata bilah itu) dan dengan itu memotong sasaran "lembuh" lebih dashyat berbanding katana.
Wakizashi digunakan sebagai senjata samurai apabila tidak ada Katana. Apabila memasuki bangunan suci atau bangunan istana, samurai akan meninggalkan katananya pada para pengawal pada pintu masuk. Namun, wakizashi selalu tetap dibawa pada setiap waktu, dan dengan itu, ia menjadi senjata bagi samurai, serupa seperti penggunaan pistol bagi tentara. Seseorang samurai akan mengenakannya ketika dia sadar bahkan sewaktu mereka tidur, senjata itu tetap berada disampingnya. Pada masa silam, terutamanya semasa perang saudara, tanto dikenakan bagi menggantikan wakizashi.
Katana
Katana
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Langsung ke: navigasi, cari
Sebilah katana "Type 94" era Perang Dunia II.
Katana (刀) adalah pedang panjang Jepang (daitō, 大刀), walaupun di Jepang sendiri ini merujuk pada semua jenis pedang. Katana adalah kunyomi (sebutan Jepang) dari bentuk kanji 刀; sedangkan onyomi (sebutan Hanzi) karakter kanji tersebut adalah tō. Ia merujuk kepada pedang satu mata, melengkung yang khusus yang secara tradisi digunakan oleh samurai Jepang.
Katana biasanya dipasangkan dengan wakizashi atau shōtō, bentuknya mirip tapi dibuat lebih pendek, keduanya dipakai aleh anggota kelas ksatria. Kedua senjata dipakai bersama-sama disebut daishō, dan mewakili kekuatan sosial dan kehormatan pribadi samurai. Pedang panjang dipakai untuk pertempuran terbuka, sementara yang lebih pendek dipakai sebagai senjata sampingan (side arm), lebih cocok untuk menikam, pertempuran jarak dekat, dan seppuku (suatu bentuk ritual bunuh diri).
Katana terutama digunakan untuk memotong,dan diutamakan dipakai dengan dua pegangan tangan. Sementara seni praktis penggunaan pedang untuk tujuannya semula telah usang, kenjutsu dan laijutsu beralih menjadi seni beladiri modern.
Pedang Jepang yang asli sekarang ini adalah barang yang langka, walaupun yang benar-benar antik dapat diperoleh dengan harga yang sangat mahal. Katana dan wakizashi modern hanya dibuat oleh sedikit praktisi berlisensi yang masih membuat kerajinan senjata ini sekarang, meskipun katana "Type 98" juga langka.
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Langsung ke: navigasi, cari
Sebilah katana "Type 94" era Perang Dunia II.
Katana (刀) adalah pedang panjang Jepang (daitō, 大刀), walaupun di Jepang sendiri ini merujuk pada semua jenis pedang. Katana adalah kunyomi (sebutan Jepang) dari bentuk kanji 刀; sedangkan onyomi (sebutan Hanzi) karakter kanji tersebut adalah tō. Ia merujuk kepada pedang satu mata, melengkung yang khusus yang secara tradisi digunakan oleh samurai Jepang.
Katana biasanya dipasangkan dengan wakizashi atau shōtō, bentuknya mirip tapi dibuat lebih pendek, keduanya dipakai aleh anggota kelas ksatria. Kedua senjata dipakai bersama-sama disebut daishō, dan mewakili kekuatan sosial dan kehormatan pribadi samurai. Pedang panjang dipakai untuk pertempuran terbuka, sementara yang lebih pendek dipakai sebagai senjata sampingan (side arm), lebih cocok untuk menikam, pertempuran jarak dekat, dan seppuku (suatu bentuk ritual bunuh diri).
Katana terutama digunakan untuk memotong,dan diutamakan dipakai dengan dua pegangan tangan. Sementara seni praktis penggunaan pedang untuk tujuannya semula telah usang, kenjutsu dan laijutsu beralih menjadi seni beladiri modern.
Pedang Jepang yang asli sekarang ini adalah barang yang langka, walaupun yang benar-benar antik dapat diperoleh dengan harga yang sangat mahal. Katana dan wakizashi modern hanya dibuat oleh sedikit praktisi berlisensi yang masih membuat kerajinan senjata ini sekarang, meskipun katana "Type 98" juga langka.
Nene
A. SejarahNene (1546-1624) adalah seorang perempuan bangsawan di masa Sengoku dan periode Edo. Dia adalah wanita yang dikenal cantik, pintar, dan yang menikahi Toyotomi Hideyoshi. Dia lahir pada tahun 1546, saudara wanita dari Sugihara Sadatoshi. Pada tahun 1561 dia menikahi Toyotomi Hideyoshi, seorang lelaki yang menjadi Taiko (pemersatu jepang). Dia menjadi Istri kesayangan Toyotomi Hideyoshi. Dia mendapatkan gelar Kita no Mandokoro. Nene sebagai istri Hideyoshi sangat membantu perjuangan suaminya karena dia mempunyai hubungan keluarga dengan sebagaian pengikut Hideyoshi yang merupakan keluarga samurai. Diantaranya Sugihara Ietsugu (paman dari Nene), Kinoshita Iesada ( Kakak lelaki Nene), Asano Nagamasa (Kakak ipar Nene). Mereka ini nantinya merupakan pengikut Hideyoshi yang mempunyai peranan penting dalam pihak Toyotomi. Walaupun Nene tidak mempunyai seorang anak dari Hideyoshi, tetapi dia dikenal karena kepandaiannya dimasa itu karena dia sering memberikan nasihat kepada Hideyoshi tentang pemerintahan melalui surat-suratnya.
Ketika Hideyoshi berhasil menyatukan jepang, Nene sering menemani dalam tiap pesta yang di datangi oleh Hideyoshi. Dia sangat sopan dan menghormati semua tamu yang ada pada pesta tersebut. Bahkan pada saat Hideyoshi terbaring sakit dia mengadakan ritual untuk mendoakan kesembuhan Hideyoshi.
Walaupun Nene kelihatan bahagia, sebenarnya dia sedang galau karena harus berkompetisi dengan wanita lain untuk mendapatkan perhatian Hideyoshi. dan dalam surat Oda Nobunaga untuk Nene, Nobunaga mengatakan bahwa Hideyoshi tidak puas dengan Nene karena tidak bisa memberikan dia anak. Ada rumor beredar bahwa selama perang Sekigahara, Nene menjadi bagian dari pihak Tokugawa. Setelah kematian Hideyoshi pada tahun 1598, Nene menjadi seorang bikuni dan mengganti namanya menjadi Kodai-in, dia menjadi bikuni di kuil Kodai-ji di Kyoto dimana itu sebagai makam dari suaminya, ibu, dan juga Toyotomi Hideyori. Selama masa perang Sekigahara dia dikabarkan memihak Tokugawa Ieyashu.
Ketika Hideyoshi berhasil menyatukan jepang, Nene sering menemani dalam tiap pesta yang di datangi oleh Hideyoshi. Dia sangat sopan dan menghormati semua tamu yang ada pada pesta tersebut. Bahkan pada saat Hideyoshi terbaring sakit dia mengadakan ritual untuk mendoakan kesembuhan Hideyoshi.
Walaupun Nene kelihatan bahagia, sebenarnya dia sedang galau karena harus berkompetisi dengan wanita lain untuk mendapatkan perhatian Hideyoshi. dan dalam surat Oda Nobunaga untuk Nene, Nobunaga mengatakan bahwa Hideyoshi tidak puas dengan Nene karena tidak bisa memberikan dia anak. Ada rumor beredar bahwa selama perang Sekigahara, Nene menjadi bagian dari pihak Tokugawa. Setelah kematian Hideyoshi pada tahun 1598, Nene menjadi seorang bikuni dan mengganti namanya menjadi Kodai-in, dia menjadi bikuni di kuil Kodai-ji di Kyoto dimana itu sebagai makam dari suaminya, ibu, dan juga Toyotomi Hideyori. Selama masa perang Sekigahara dia dikabarkan memihak Tokugawa Ieyashu.
Kanetsugu Naoe
A. SejarahNaoe Kanetsugu adalah seorang bushi jaman Sengoku, jaman Azuchi-Momoyama hingga awal zaman Edo. Penasehat senior (karo) klan Uesugi. Kanetsugu dilahirkan tahun 1560 di provinsi Echigo sebagai putra pertama Higuchi Kanetoyo yang merupakan pengikut Nagao Masakage, dan ibu dari klan Izumi asal Shinshu. Ayah Kanetsugu disebut-sebut sebagai keturunan Higuchi Kanemitsu yang bekerja sebagai penasehat senior Minamoto no Yoshinaka (Kiso Yoshinaka). Setelah ayah Kagekatsu yang bernama Nagao Masakage wafat, Uesugi Kenshin menjadikan Uesugi Kagekatsu sebagai putra angkat. Kanetsugu merupakan teman sepermainan Kagekatsu, sehingga Sentō-in (ibu Kagekatsu sekaligus kakak perempuan Uesugi Kenshin) mengajak Kanetsugu untuk tinggal di Istana Kasugayama bersama anaknya. Pernyataan ini tidak didukung bukti-bukti kuat karena kurangnya catatan sejarah mengenai keadaan masa itu. Dalam buku sejarah Hankanfu (tahun 1702), ayah Kanetsugu justru ditulis sebagai tukang kayu bakar dan arang.
Penerus klan NaoeUesugi Kenshin wafat di tahun 1578, kekuasaan diwariskan kepada Uesugi Kagekatsu. Sampai bulan Agustus 1580, Higuchi Kanetsugu merupakan pendamping sekaligus perantara kalau ada pihak yang ingin berhubungan dengan Kagekatsu. Selanjutnya tanggal 15 Agustus 1580, Kanetsugu diangkat sebagai penulis Inhanjō (surat resmi) bagi Kagekatsu.
Di tahun 1581, ketika Yamazaki Shūsen dan penasehat senior Kagekatsu bernama Naoe Nobutsuna sedang rapat di Istana Kasugayama, Mōri Hidehiro datang untuk membunuh Yamazaki Shūsen. Nobutsuna begitu terkejut dan membalas serangan Mōri Hidehiro dan berhasil melukai Hidehiro di bagian muka, tapi berakhir dengan terbunuhnya Nobutsuna di tangan Hidehiro. Naoe Nobutsuna merupakan kepala klan Naoe yang tidak memiliki putra pewaris, sehingga Kagekatsu yang tidak ingin garis keturunan klan Naoe terputus menjodohkan Kanetsugu dengan Osen no kata yang merupakan putri Naoe Kagetsuna dari klan Naoe. Pernikahan Kanetsugu dengan Osen no kata menjadikan Kanetsugu sebagai putra angkat keluarga Noe. Higuchi Kanetsugu lalu berganti nama menjadi Naoe Kanetsugu, dan diangkat sebagai pewaris klan Naoe. Selanjutnya, Kanetsugu yang dipasangkan dengan Kano Hideharu memulai tugas sebagai pejabat pemerintah.
Masa pemerintahan ToyotomiDi tahun 1583, Kanetsugu diangkat sebagai penguasa provinsi Yamashiro (Yamashiro no Kami) dengan jabatan Jugoige. Sejak akhir tahun 1584 Kano Hideharu jatuh sakit, sehingga pemerintahan dalam negeri dan hubungan luar negeri hampir seluruhnya menjadi tanggung jawab Kanetsugu. Setelah Hideharu wafat, Kanetsugu bertugas seorang diri sampai di akhir hayatnya.
Di tahun 1588, Toyotomi Hideyoshi menghadiahkan nama keluarga Toyotomi kepada Kanetsugu atas keberhasilannya menaklukkan Shibata Shigeie di tahun sebelumnya (1587). Secara berturut-turut Kanetsugu mencatat keberhasilan dalam tugasnya menaklukkan provinsi Sado di tahun 1589, dan menghancurkan klan Hōjō dalam Pertempuran Odawara (1590). Di tahun 1592, Kanetsugu ikut serta dalam invasi ke Joseon bersama Uesugi Kagekatsu.
Di tahun 1598, Toyotomi Hideyoshi menukar provinsi Echigo yang dimiliki Kagekatsu dengan wilayah Aizu (sekarang di Prefektur Fukushima) yang bernilai lebih tinggi (1.200.000 koku). Kanetsugu mendapat hadiah dari Hideyoshi berupa provinsi Dewa di Yonezawa senilai 60.000 koku termasuk tambahan prajurit sehingga total bernilai 300.000 koku.
Pertempuran SekigaharaSetelah Hideyoshi wafat tanggal 18 Agustus 1598, Tokugawa Ieyasu berusaha mengambil alih kepemimpinan. Kanetsugu merupakan teman dekat Ishida Mitsunari, sehingga Kanetsugu memutuskan untuk berada di pihak Ishida Mitsunari dan menjadi musuh Tokugawa Ieyasu. Pengikut setia klan Uesugi bernama Fujita Nobuyoshi tidak sependapat dengan Kanetsugu yang ingin menjadi lawan Ieyasu, dan mengusulkan perdamaian dengan klan Tokugawa. Usul berdamai dengan Ieyasu membuat murka Kanetsugu yang berakibat pada pengusiran Fujita Nobuyoshi. Kanetsugu juga berkali-kali menolak undangan Ieyasu untuk datang mengunjunginya di Kyoto. Ieyasu tidak senang dengan pembangkangan Kanetsugu dan melancarkan serangan ke Aizu yang dikenal sebagai Penaklukan Aizu. Peristiwa penyerangan ini menjadi sebab tidak langsung Pertempuran Sekigahara.
Kanetsugu memimpin 30.000 prajurit elit untuk menyerbu ke Yamagata yang merupakan wilayah kekuasaan Mogami Yoshiaki. Penyerangan Kanetsugu berhasil menghancurkan berbagai posisi klan Mogami seperti Istana Hataya yang dipertahankan pengikut Yoshiaki yang bernama Eguchi Gobei. Selanjutnya, pasukan Kenetsugu menyerang berbagai posisi pengikut klan Mogami, seperti Istana Hasedō yang dipertahankan Shimura Mitsuyasu dan Istana Kamiyama yang dipertahankan Satomi Minbu. Akibat perlawanan sengit pasukan Mogami, penyerbuan ke Istana Hasedō memerlukan waktu yang lama, ditambah tewasnya jenderal di pihak pasukan Uesugi yang bernama Kamiizumi Yasutsuna.
Sementara itu, Pertempuran Sekigahara pecah di provinsi Mino, dan kabar kekalahan kubu pasukan barat sampai di Ōshū (provinsi Mutsu). Semangat tempur pasukan Mogami yang berpihak di kubu pasukan timur dalam Pertempuran Sekigahara menjadi menyala-nyala. Pasukan pimpinan Rusu Masakage datang untuk mengejar pasukan Kanetsugu. Pertempuran sengit terjadi antara pasukan Kanetsugu dengan pasukan Rusu Masakage yang dikirim Date Masamune untuk membantu pasukan Mogami. Pengikut Kenshin seperti Suibara Chikanori dan Maeda Toshimasu bertempur mati-matian hingga berhasil menekan kerugian hingga sekecil mungkin. Perlawanan yang diberikan pasukan Uesugi sewaktu sedang ditarik bahkan sempat dipuji-puji pihak lawan (Mogami Yoshiaki dan Tokugawa Ieyasu).
Zaman EdoDi bulan ke-7 tahun 1601, Uesugi Kagekatsu berangkat ke Kyoto ditemani Naoe Kanetsugu untuk memohon pengampunan dari Tokugawa Ieyasu. Permohonan ampun dikabulkan Ieyasu dan klan Uesugi boleh terus dipertahankan, tapi menerima hukuman berupa pemindahan wilayah kekuasaan klan Uesugi dari provinsi Aizu ke provinsi Dewa Yonezawa yang hanya bernilai 300.000 koku.
Naoe Kanetsugu diminta bersumpah setia kepada Tokugawa Ieyasu, dan Kanetsugu berganti nama sebagai Shigemitsu pada tanggal 4 Januari 1608. Setelah itu, Kanetsugu membangun tanggul dan kota sekeliling Istana Yonezawa. Kanetsugu berjasa dalam membangun dasar-dasar pemerintahan wilayah (han) Yonezawa, termasuk pembangunan industri dan pertambangan.
Sementara itu, klan Uesugi mencoba berdamai dengan klan Tokugawa dan menjalin hubungan dengan Honda Masanobu. Di tahun 1609, klan Uesugi dibebaskan dari pajak sebesar 100.000 koku berkat bantuan Honda Masanobu yang tampil sebagai penengah sehingga klan Uesugi sangat terbantu. Selain itu, putra Masanobu yang bernama Honda Masashige untuk sementara sempat dijadikan putra angkat Kanetsugu. Hubungan bapak-anak antara Kanetsugu dan Masashige bahkan masih terus berlanjut setelah status putra angkat Masashige dibatalkan.
Di masa tuanya, Kanetsugu sempat bertempur di pihak Tokugawa dalam Pertempuran Osaka tahun 1614. Di rumah kediaman Uroko-yashiki di Edo, Kanetsugu wafat di usia 60 tahun pada tanggal 19 Desember 1619.
Penerus klan NaoeUesugi Kenshin wafat di tahun 1578, kekuasaan diwariskan kepada Uesugi Kagekatsu. Sampai bulan Agustus 1580, Higuchi Kanetsugu merupakan pendamping sekaligus perantara kalau ada pihak yang ingin berhubungan dengan Kagekatsu. Selanjutnya tanggal 15 Agustus 1580, Kanetsugu diangkat sebagai penulis Inhanjō (surat resmi) bagi Kagekatsu.
Di tahun 1581, ketika Yamazaki Shūsen dan penasehat senior Kagekatsu bernama Naoe Nobutsuna sedang rapat di Istana Kasugayama, Mōri Hidehiro datang untuk membunuh Yamazaki Shūsen. Nobutsuna begitu terkejut dan membalas serangan Mōri Hidehiro dan berhasil melukai Hidehiro di bagian muka, tapi berakhir dengan terbunuhnya Nobutsuna di tangan Hidehiro. Naoe Nobutsuna merupakan kepala klan Naoe yang tidak memiliki putra pewaris, sehingga Kagekatsu yang tidak ingin garis keturunan klan Naoe terputus menjodohkan Kanetsugu dengan Osen no kata yang merupakan putri Naoe Kagetsuna dari klan Naoe. Pernikahan Kanetsugu dengan Osen no kata menjadikan Kanetsugu sebagai putra angkat keluarga Noe. Higuchi Kanetsugu lalu berganti nama menjadi Naoe Kanetsugu, dan diangkat sebagai pewaris klan Naoe. Selanjutnya, Kanetsugu yang dipasangkan dengan Kano Hideharu memulai tugas sebagai pejabat pemerintah.
Masa pemerintahan ToyotomiDi tahun 1583, Kanetsugu diangkat sebagai penguasa provinsi Yamashiro (Yamashiro no Kami) dengan jabatan Jugoige. Sejak akhir tahun 1584 Kano Hideharu jatuh sakit, sehingga pemerintahan dalam negeri dan hubungan luar negeri hampir seluruhnya menjadi tanggung jawab Kanetsugu. Setelah Hideharu wafat, Kanetsugu bertugas seorang diri sampai di akhir hayatnya.
Di tahun 1588, Toyotomi Hideyoshi menghadiahkan nama keluarga Toyotomi kepada Kanetsugu atas keberhasilannya menaklukkan Shibata Shigeie di tahun sebelumnya (1587). Secara berturut-turut Kanetsugu mencatat keberhasilan dalam tugasnya menaklukkan provinsi Sado di tahun 1589, dan menghancurkan klan Hōjō dalam Pertempuran Odawara (1590). Di tahun 1592, Kanetsugu ikut serta dalam invasi ke Joseon bersama Uesugi Kagekatsu.
Di tahun 1598, Toyotomi Hideyoshi menukar provinsi Echigo yang dimiliki Kagekatsu dengan wilayah Aizu (sekarang di Prefektur Fukushima) yang bernilai lebih tinggi (1.200.000 koku). Kanetsugu mendapat hadiah dari Hideyoshi berupa provinsi Dewa di Yonezawa senilai 60.000 koku termasuk tambahan prajurit sehingga total bernilai 300.000 koku.
Pertempuran SekigaharaSetelah Hideyoshi wafat tanggal 18 Agustus 1598, Tokugawa Ieyasu berusaha mengambil alih kepemimpinan. Kanetsugu merupakan teman dekat Ishida Mitsunari, sehingga Kanetsugu memutuskan untuk berada di pihak Ishida Mitsunari dan menjadi musuh Tokugawa Ieyasu. Pengikut setia klan Uesugi bernama Fujita Nobuyoshi tidak sependapat dengan Kanetsugu yang ingin menjadi lawan Ieyasu, dan mengusulkan perdamaian dengan klan Tokugawa. Usul berdamai dengan Ieyasu membuat murka Kanetsugu yang berakibat pada pengusiran Fujita Nobuyoshi. Kanetsugu juga berkali-kali menolak undangan Ieyasu untuk datang mengunjunginya di Kyoto. Ieyasu tidak senang dengan pembangkangan Kanetsugu dan melancarkan serangan ke Aizu yang dikenal sebagai Penaklukan Aizu. Peristiwa penyerangan ini menjadi sebab tidak langsung Pertempuran Sekigahara.
Kanetsugu memimpin 30.000 prajurit elit untuk menyerbu ke Yamagata yang merupakan wilayah kekuasaan Mogami Yoshiaki. Penyerangan Kanetsugu berhasil menghancurkan berbagai posisi klan Mogami seperti Istana Hataya yang dipertahankan pengikut Yoshiaki yang bernama Eguchi Gobei. Selanjutnya, pasukan Kenetsugu menyerang berbagai posisi pengikut klan Mogami, seperti Istana Hasedō yang dipertahankan Shimura Mitsuyasu dan Istana Kamiyama yang dipertahankan Satomi Minbu. Akibat perlawanan sengit pasukan Mogami, penyerbuan ke Istana Hasedō memerlukan waktu yang lama, ditambah tewasnya jenderal di pihak pasukan Uesugi yang bernama Kamiizumi Yasutsuna.
Sementara itu, Pertempuran Sekigahara pecah di provinsi Mino, dan kabar kekalahan kubu pasukan barat sampai di Ōshū (provinsi Mutsu). Semangat tempur pasukan Mogami yang berpihak di kubu pasukan timur dalam Pertempuran Sekigahara menjadi menyala-nyala. Pasukan pimpinan Rusu Masakage datang untuk mengejar pasukan Kanetsugu. Pertempuran sengit terjadi antara pasukan Kanetsugu dengan pasukan Rusu Masakage yang dikirim Date Masamune untuk membantu pasukan Mogami. Pengikut Kenshin seperti Suibara Chikanori dan Maeda Toshimasu bertempur mati-matian hingga berhasil menekan kerugian hingga sekecil mungkin. Perlawanan yang diberikan pasukan Uesugi sewaktu sedang ditarik bahkan sempat dipuji-puji pihak lawan (Mogami Yoshiaki dan Tokugawa Ieyasu).
Zaman EdoDi bulan ke-7 tahun 1601, Uesugi Kagekatsu berangkat ke Kyoto ditemani Naoe Kanetsugu untuk memohon pengampunan dari Tokugawa Ieyasu. Permohonan ampun dikabulkan Ieyasu dan klan Uesugi boleh terus dipertahankan, tapi menerima hukuman berupa pemindahan wilayah kekuasaan klan Uesugi dari provinsi Aizu ke provinsi Dewa Yonezawa yang hanya bernilai 300.000 koku.
Naoe Kanetsugu diminta bersumpah setia kepada Tokugawa Ieyasu, dan Kanetsugu berganti nama sebagai Shigemitsu pada tanggal 4 Januari 1608. Setelah itu, Kanetsugu membangun tanggul dan kota sekeliling Istana Yonezawa. Kanetsugu berjasa dalam membangun dasar-dasar pemerintahan wilayah (han) Yonezawa, termasuk pembangunan industri dan pertambangan.
Sementara itu, klan Uesugi mencoba berdamai dengan klan Tokugawa dan menjalin hubungan dengan Honda Masanobu. Di tahun 1609, klan Uesugi dibebaskan dari pajak sebesar 100.000 koku berkat bantuan Honda Masanobu yang tampil sebagai penengah sehingga klan Uesugi sangat terbantu. Selain itu, putra Masanobu yang bernama Honda Masashige untuk sementara sempat dijadikan putra angkat Kanetsugu. Hubungan bapak-anak antara Kanetsugu dan Masashige bahkan masih terus berlanjut setelah status putra angkat Masashige dibatalkan.
Di masa tuanya, Kanetsugu sempat bertempur di pihak Tokugawa dalam Pertempuran Osaka tahun 1614. Di rumah kediaman Uroko-yashiki di Edo, Kanetsugu wafat di usia 60 tahun pada tanggal 19 Desember 1619.
Kotaro Fuma
A. SejarahFuma Kotaro (1550–1610) juga dipanggil kazama. Kotaro lahir di propinsi Sagami, banyak kejadian sejarah yang tidak mencatat tentang ninja ini. bagaimana aktifitasnya dan apa saja yang telah dilakukan bagai menghilang. Dia adalah keturunan kelima dari pemimpin klan Fuma yang bekerja untuk klan Hojo. di tahun 1570an Kotaro dikirim untuk membunuh Takeda Shingen, tetapi banyak cara yang telah dilakukan oleh kotaro dan ternyata gagal. Tapi ada satu kejadian di tahun 1573 dia hampir membunuh Takeda ketika Takeda melakukan penyerangan ke markas musuh.
Pada bulan maret 1581, benteng Hojo diserang oleh pasukan Takeda Katsuyori, dia membangun benteng / markas di gunung yang berlawanan arah dengan benteng Hojo. Kotaro dan beberapa ninjanya melakukan taktik berupa serangan malam dengan beberapa orang dan berusaha memancing agar lawan menyerang. tapi taktik ini akhirnya memberikan kemenangan pada kubu klan Hojo karena Kotaro dan ninjanya melakukan serangan malam yang merusak dan menghancurkan mental pasukan lawan. Mereka membunuh banyak paasukan lawan dan membunuh secara brutal sehingga menyebabkan pasukan lawan harus berjaga tiap malam dan siang. Hal ini menyebabkan kekuatan pasukan lawan menurun dan menyebabkan ketakutan berlebihan di kalangan pasukan Takeda Katsuyori. Setelah beberapa dekade klan ninja fuma hanya menjadi sekelompok bajak laut / sekelompok bandit yang meresahkan masyarakat. Di tahun 1596 Ieyashu Tokugawa memerintahkan Hattori Hanzo untuk membekuk kelompok ninja tersebut. Hattori membangun kapal yang besar dengan perlengkapan dan meriam besar. Dia tahu kalau klan Fuma berlayar dengan menggunakan beberapa kapal2 kecil dan sebuah kapal selam kecil bernama Funakainin. Ketika kapal telah selesai dibuat Hattori dan krunya berlayar ke Selat Sou untuk mencari klan Fuma. Disana mereka menemukan markas lawan dengan beberapa kapal kecil berderet tanpa pasukan. Hattori akhirnya menembakan meriam dan menghancurkan beberapa kapal lawan. Melihat kapal lawan yang mengalami kerusakan dan berusaha melarikan diri Hattori memerintahkan kru kapal untuk mengejarnya, mereka akhirnya mengejar sampai ke sungai kecil. Ternyata ini adalah sebuah jebakan dari klan fuma untuk memancing kapal lawan ke sungai kecil dan menyerang mereka. Kotaro memerintahkan pasukannya untuk menembakkan panah api ke kapal Hattori. Karena kapal yang mulai terbakar Hattori memerintahkan krunya untuk melompat ke sungai, tetapi mereka menolak. Akhirnya Hattori memerintahkan krunya untuk melemparkan mesiu ke sungai. Hal ini sia2 karena Kotaro telah memerintahkan pasukannnya untuk melemparkan minyak ke sungai dan mulai membakarnya. Hatori dan krunya akhirnya mati di kapalnya karena terbakar. Rahasia keberhasilan ini karena adanya kapal selam kecil yang dapat menyusup ke kapal lawan dan menyulut api dari dalam
Fuma Kotaro kemudian menghilang dalam kabut sejarah tanpa ada penulisan sejarah mengenai keberadaan dan kematiannya.
Pada bulan maret 1581, benteng Hojo diserang oleh pasukan Takeda Katsuyori, dia membangun benteng / markas di gunung yang berlawanan arah dengan benteng Hojo. Kotaro dan beberapa ninjanya melakukan taktik berupa serangan malam dengan beberapa orang dan berusaha memancing agar lawan menyerang. tapi taktik ini akhirnya memberikan kemenangan pada kubu klan Hojo karena Kotaro dan ninjanya melakukan serangan malam yang merusak dan menghancurkan mental pasukan lawan. Mereka membunuh banyak paasukan lawan dan membunuh secara brutal sehingga menyebabkan pasukan lawan harus berjaga tiap malam dan siang. Hal ini menyebabkan kekuatan pasukan lawan menurun dan menyebabkan ketakutan berlebihan di kalangan pasukan Takeda Katsuyori. Setelah beberapa dekade klan ninja fuma hanya menjadi sekelompok bajak laut / sekelompok bandit yang meresahkan masyarakat. Di tahun 1596 Ieyashu Tokugawa memerintahkan Hattori Hanzo untuk membekuk kelompok ninja tersebut. Hattori membangun kapal yang besar dengan perlengkapan dan meriam besar. Dia tahu kalau klan Fuma berlayar dengan menggunakan beberapa kapal2 kecil dan sebuah kapal selam kecil bernama Funakainin. Ketika kapal telah selesai dibuat Hattori dan krunya berlayar ke Selat Sou untuk mencari klan Fuma. Disana mereka menemukan markas lawan dengan beberapa kapal kecil berderet tanpa pasukan. Hattori akhirnya menembakan meriam dan menghancurkan beberapa kapal lawan. Melihat kapal lawan yang mengalami kerusakan dan berusaha melarikan diri Hattori memerintahkan kru kapal untuk mengejarnya, mereka akhirnya mengejar sampai ke sungai kecil. Ternyata ini adalah sebuah jebakan dari klan fuma untuk memancing kapal lawan ke sungai kecil dan menyerang mereka. Kotaro memerintahkan pasukannya untuk menembakkan panah api ke kapal Hattori. Karena kapal yang mulai terbakar Hattori memerintahkan krunya untuk melompat ke sungai, tetapi mereka menolak. Akhirnya Hattori memerintahkan krunya untuk melemparkan mesiu ke sungai. Hal ini sia2 karena Kotaro telah memerintahkan pasukannnya untuk melemparkan minyak ke sungai dan mulai membakarnya. Hatori dan krunya akhirnya mati di kapalnya karena terbakar. Rahasia keberhasilan ini karena adanya kapal selam kecil yang dapat menyusup ke kapal lawan dan menyulut api dari dalam
Fuma Kotaro kemudian menghilang dalam kabut sejarah tanpa ada penulisan sejarah mengenai keberadaan dan kematiannya.
Nouhime
A. SejarahNohime mempunyai nama lain yaitu Kicho atau Lady Noh, istri dari Oda Nobunaga, seorang Daimyo di masa Sengoku. Nama sebenarnya adalah Kicho, tetapi karena dia berasal dari provinsi Mino dia sering dipanggil Nouhime. Dia dikenal karena kecantikan dan juga kepintarannya sebanding dengan Nene. Ayah nouhime adalah Daimyo bernama Saito Dosan dan Ibunya bernama Omi no Kata. Nouhime sangat sedikit muncul dalam sejarah dan tidak diketahui juga tanggal lahir dan juga meninggalnya. Tetapi dikatakan bahwa dia dilahirkan antara tahun 1533 – 1535. Banyak legenda mengatakan bahwa Nouhime adalah seorang mata-mata, atau juga pembunuh untuk ayahnya. Nouhime sendiri ahli dalam menggunakan senjata dan beladiri. Tidak mengherankan pada masa itu seorang istri hanya sebagai kedok dari keluarganya untuk membunuh suaminya. Ada cerita yang sangat populer bahwa Nobunaga pernah menjebak ayah Nouhime dengan memberikan berita palsu. Akhirnya ayahnya mengeksekusi kedua orang yg dianggap bersekongkol dengan Nobunaga.
Setelah kejadian di kuil Honnonji, yang menyebabkan Nobunaga dan Nobutada meninggal dunia tidak diketahui kemana Nouhime menghilang. Ada yang mengatakan dia ikut meninggal saat peristiwa Honnonji dan ada juga rumor yang mengatakan dia memimpin klan ayahnya di Mino. Saat kejadian di kuil Honnonji ada seorang bernama Azuchi dono dalam sekumpulan wanita dari klan Nobunaga yang mengungis ke istana Azuchi, dia dianggap sebagai penyamaran Nohime. Semua rumor itu tidak mempunyai seumber yang jelas dan hanya sebatas rumor dari mulut ke mulut.
Setelah kejadian di kuil Honnonji, yang menyebabkan Nobunaga dan Nobutada meninggal dunia tidak diketahui kemana Nouhime menghilang. Ada yang mengatakan dia ikut meninggal saat peristiwa Honnonji dan ada juga rumor yang mengatakan dia memimpin klan ayahnya di Mino. Saat kejadian di kuil Honnonji ada seorang bernama Azuchi dono dalam sekumpulan wanita dari klan Nobunaga yang mengungis ke istana Azuchi, dia dianggap sebagai penyamaran Nohime. Semua rumor itu tidak mempunyai seumber yang jelas dan hanya sebatas rumor dari mulut ke mulut.
Okuni
A. SejarahOkuni (Izumo no Okuni) adalah pendiri dari teater kabuki. Banyak yang mempercayai bahwa okuni adalah seorang miko dari kuil di Izumo. Okuni besar di kuil Izumo dimana ayahnya bekerja sebagai pandai besi yang dibantu oleh beberapa anggota keluarganya. Pada akhirnya Okuni bergabung sebagai miko di kuil Izumo, dia dikenal karena keahliannya menari dan berakting. Dia diutus untuk pergi ke Kyoto untuk menampilkan tarian dan nyanyian sakral. Selama penampilannya di Kyoto dia menjadi terkenal karena tarian hasil karyanya (Tarian Nembutsu) diciptakan sebagai penghormatan kepada Budha. Semenjak itu setiap kali Okuni mengadakan pertunjukan selalu dipenuhi oleh penonton sampai suatu ketika dia dipanggil untuk menjadi bikuni lagi dan dia menolaknya, tetapi dia tetap mengirimkan uang ke kuil tersebut. Sekitar tahun 1603, Okuni mendirikan sebuah teater di Shijogawara, dia mengumpulkan orang miskin dan tidak punya tempat tinggal untuk dilatih berakting,menari, dan bernyanyi dan kelompok seni Okuni dikenal dengan sebutan Kabuki. Awalnya pertunjukan kabuki hanyalah sebuah tarian dan bernyanyi tanpa plot yang jelas, beberapa tahun kemudian dilakukan perombakan menjadikan Kabuki memiliki cerita dan memakai kostum yang menarik. dia sering memerankan peran sebagai pria, diantaranya sebagai seorang samurai dan pendeta kristen. Kemudian dengan bantuan Ujisato Sanzaburo yang mendkung Okuni secara materi dan seni, Kabuki berubah menjadi drama. Dan beredar kabar bahwa Sanzaburo merupakan pasangan Okuni. Setelah kematian Sanzaburo, Okuni tetap melanjutkan kegiatan sebagai penampila Kabuki dan namanya terkenal diseluruh jepang. Padatahun 1610 Okuni pensiun dan banyak bermunculan pertunjukan yang meniru Kabuki, Okuni dikatakan meninggal pada tahun 1613 dan ada juga yang mengatakan dia meninggal tahun 1658. Patung untuk menghormati jasa Okuni dibangun di jalan Kawabata di utara Shijo Ohashi dekat dengan sungai Kamo di Kyoto.
Magoichi Saika
A. SejarahSaika Magoichi yang juga dipanggil dengan nama Saiga Magoichi, adalah nama yang diberikan kepada pemimpin dari Saiga Ikki yang lahir di tahun 1535. Suzuki Sadayu dan Suzuki Shigehide adalah beberapa orang yang mempunyai gelar ini. Suzuki Shigehide mungkin yang pantas diberi nama Saika Magoichi dibandingkan dua orang lainnya karena dia yang mendukung pemberontakan Ikko melawan Oda Nobunaga. Di dalam games Onimusha 2, digambarkan sebagai seorang musketeer yang berusaha melindungi desa Saiga dari pasukan Nobunaga karena dia mempunyai hutang budi pada seorang wanita di desa tersebut. Dalam Samurai warrior 2 dan seterusnya dia dimunculkan sebagai karakter yang bisa dimainkan. Diamenikahi Lady Saika pada tahun 1534-1579, dia meninggal dalam sebuah pertempuran tapi ini susah dibuktikan karena sedikit informasi mengenai Saika Magoichi.
Inahime
A. SejarahKomatsuhime (1573 – 27 maret 1620) adalah seorang wanita jepang dari kalangan bangsawan yang hidup di akhir jaman Azuchi Momoyama dan awal jaman Edo. Dia adalah saudara wanita dari Honda Tadakatsu yang diangkat anak oleh Tokugawa Ieyashu sebelum menikahi Sanada Nobuyuki. Dia merupakan wanita yang cantik dan elegan serta cerdas. Komatsuhime pada masa anak-anak dipanggil dengan panggilan Inahime dan Onei. Setelah kemenangan dari klan Sanada di pertempuran Ueda, dia dan ayahnya ditangkap. Tokugawa Ieyashu mengatur pernikahan antara Inahime dengan Sanada Nobuyuki. Di tahun 1600 ketika Nobuyuki memutuskan untuk mendukung Tokugawa Ieyashu sedangkan ayah dan saudaranya ingin melawan Tokugawa. Masayuki dan Yukimura Sanada ketika dalam perjalanan ke istana Ueda, berhenti di istana Numata tempat Inahime berada dan mengirimkan pesan menanyakan ingin bertemu dengan cucu nya, disana Inahime merespon dengan bersiap menggunakan baju perang dan berkata ” Karena ada nya konflik ini kita harus terpisah walaupun anda adalah Mertua saya tetapi saya tidak mengizinkan anda masuk ke istana ini” akhirnya Masayuki dan Yukimura mundur ke kuil Shokakuji dan mereka kaget karena ternyata Inahime dan anaknya sudah ada disana terlebih dahulu untuk menghormati permintaan mertuanya. Setelah kekalahan Masayuki dan Yukimura dan membuat mereka diasingkan, Inahime lah yang mengirim makanan dan pakaian kepada mereka karena Inahime merasa bahwa mereka masih merupakan Ayah mertua dan Adik ipar yg masih harus dihormati. Komatsuhime adalah seorang istri ydan ibu yang baik (Ryosai Kenbo), dia meninggal di Konosu, provinsi Musashi pada umur 47 tahun. Ketika dalam perjalanan ke sumber air panas Kusatsu, Nobuyuki mengatakan bahwa “Cahaya dalam rumahku tela menghilang” (kata yang diperuntukkan istrinya yang telah meninggal dunia).
Ranmaru Mori
A. SejarahMori Ranmaru (1565 – 21 Juni 1582), lahir di Mori Nagamasa. Mori ranmaru adalah anak dari Mori Yoshinari. Sejak kecil Ranmaru telah disukai oleh Oda Nobunaga karena loyalitas dan kepintarannya. karena kepintarannya dia diberi 500 koku oleh Oda, setelah kematian Takeda Katsuyori dia diberi hadiah 50000 koku di Iwamura Castle. Ranmaru dan Saudara laki-lakinya menjaga Oda ketika terjadi kerusuhan di Honno-ji. Dia dan Oda melakukan seppuku ketika tertangkap. Ranmaru memiliki wajah yang tampan dan tampak seperti wanita karena terkesan feminim. Bahkan yang bisa memahami Oda hanya Mori Ranmaru, sampai ada yang menggatakan kalau mau selamat dari kemarahan Oda bersembunyilah di belakang Toyotomi Hideyoshi atau Mori Ranmaru
Keiji Maeda
A. SejarahMaeda Toshimasu (1543 — 1612),lebih sering dikenal dengan nama Maeda Keiji. Dia adalah seorang samurai di jaman Sengoku sampai awal jaman Edo. Toshimasu dilahirkan di klan Takigawa di Owari, anak kandung dari Takigawa Kazumasu. Dia diadopsi oleh Maeda Toshihisa, kakak tertua dari Maeda Toshiie. Toshimasu melayani Oda Nobunaga dengan pamannya. Toshimasu sebenarnya ingin menjadi ketua dari keluarga Maeda, tetapi setelah Oda Nobunaga memilih pengganti Toshihisa dengan Toshiie, sebagai ketua dari keluarga Maeda maka Toshimasu kehilangan posisi nya. Hal ini yg menyebabkan Toshimasu tidak bisa lagi bekerja bersama pamannya. Toshimasu mempunyai kuda legendaris yang diberi nama Matsukaze. Kuda ini memiliki ukuran tubuh diatas normal dan mempunyai kekuatan otot yg besar. Karena itu pula Kuda ini bisa membawa Maeda Keiji dengan baju besinya yg berat.
Ketika di Kyoto Toshimasu bertemu dan akhirnya menjadi teman Naoe Kanetsugu, Uesugi Kagekatsu karo. Mereka berdua menjadi sahabat setelah itu Toshimasu setuju untuk bergabung dengan pasukan klan Uesugi untuk menyerang Aizu. selama melarikan diri karena penyerangan yg gagal, Toshimasu diperintahkan sebagai pengawal di garis pertahanan, dengan kudanya Matsukaze dia menerobos sepasukan lawan dengan tongkat bermata pedang dua dan menunjukkan kekuatannya yg menakjubkan. Karena peran Toshimasu, klan Uesugi berhasil melarikan diri dari penyerangan ke Aizu itu.
Setelah kejadian di Aizu, Toshimasu kembali ke ibu kota dan mendedikasikan diri ke bidang seni dan literatur. Di tahun 1600 ketika Tokugawa menantang Uesugi, Dia kembali ke medan pertempuran. Di pertempuran melawan Mogami dia menembus pertahanan lawan dengan ditemani hanya 8 pasukan berkuda(menurut cerita yg beredar). Setelah kepindahan keluarga Uesugi ke wilayah Yonezawa, Toshimasu tetap bersama dan menjadi pelayan mereka. Baju zirah Maeda Keiji masih tersimpan di Miyasaka Museum.
google_protectAndRun("render_ads.js::google_render_ad", google_handleError, google_render_ad);
Ketika di Kyoto Toshimasu bertemu dan akhirnya menjadi teman Naoe Kanetsugu, Uesugi Kagekatsu karo. Mereka berdua menjadi sahabat setelah itu Toshimasu setuju untuk bergabung dengan pasukan klan Uesugi untuk menyerang Aizu. selama melarikan diri karena penyerangan yg gagal, Toshimasu diperintahkan sebagai pengawal di garis pertahanan, dengan kudanya Matsukaze dia menerobos sepasukan lawan dengan tongkat bermata pedang dua dan menunjukkan kekuatannya yg menakjubkan. Karena peran Toshimasu, klan Uesugi berhasil melarikan diri dari penyerangan ke Aizu itu.
Setelah kejadian di Aizu, Toshimasu kembali ke ibu kota dan mendedikasikan diri ke bidang seni dan literatur. Di tahun 1600 ketika Tokugawa menantang Uesugi, Dia kembali ke medan pertempuran. Di pertempuran melawan Mogami dia menembus pertahanan lawan dengan ditemani hanya 8 pasukan berkuda(menurut cerita yg beredar). Setelah kepindahan keluarga Uesugi ke wilayah Yonezawa, Toshimasu tetap bersama dan menjadi pelayan mereka. Baju zirah Maeda Keiji masih tersimpan di Miyasaka Museum.
google_protectAndRun("render_ads.js::google_render_ad", google_handleError, google_render_ad);
Masamune Date
A. SejarahDate Masamune (5 September 1567 – 27 Juni 1636) adalah seorang samurai dari periode Azuchi-Momoyama sampai awal periode Edo. Dia merupakan ahli waris dari Daimyo terkuat di daerah Tohoku, dia juga menjadikan kota Sendai sebagai kota yg moderen. Seorang ahli taktik dan membuat gayanya sendiri dengan penutup matanya dan dipanggil dengan sebutan Dokuganryu, atau Naga bermata satu. Masamune Date adalah anak tertua dari Terumune Date, lahir di Istana Yonezawa. Pada umur 14 di tahun 1581, Masamune memimpin pertempuran untuk pertama kali untuk menolong ayahnya melawan keluarga Soma. Di tahun 1584 di umur 18 tahun Masamune Date menjadi pengganti ayahnya yg pensiun sebagai Daimyo. Keluarga Date pertama kali muncul saat awal periode Kamakura oleh Isa Tomomune, yang juga berasal dari distrik Isa di propinsi Hitachi. Isa Tomomune mendapat daerah di sekitar distrik Date dihadiahkan oleh Minamoto no Yoritomo karena membantu dalam perang Minamoto – Taira dan juga saat Yoritomo berjuang dengan saudaranya Yoshitsune.
Masamune lebih sering dikenal daripada Daimyo lainnya, hal ini karena dia memakai Helm perang dengan hiasan bulan sabit yang menandakan keganasan dan kekejamannya. semasa kecil dia kehilangan mata kanannya (hal ini masih belum diketahui karena dari beberapa sumber ada yg mengatakan mata kanan mengalami penyakit mata parah dan mengharuskan organ mata diambil, dan ada juga yg mengatakan mata kanan hilang ketika terjadi perampokan di masa kecilnya) karena kehilangan mata kanan tersebut dia dianggap tidak pantas menjadi seorang daimyo oleh ibunya. Klan Date telah membangun aliansi dengan klan tetangga dengan cara menikahkan keluarganya dengan keluarga lain. Setelah Masamune diganti, salah satu pelayannya bernama Odachi Sadatsuna mengkhianati klan dan bergabung dengan klan Ashina di Aizu. Masamune akhirnya mendeklarasikan perang terhadap Ashina, tetapi pasukannya berhasil dihentikan oleh jendral Ashina yg bernama Iwashiro Morikuni, yang menyebabkan pasukan Masamune mundur ke Istana Obama.
Dengan kebangkitan Masamune, beberapa klan aliansi yang dulu berhubungan baik, menjadi berbalik menyerang dan juga berusaha memperluas daerah kekuasaannya, bahkan sanak familinya di Mutsu propinsi Dewa. Karena takut atas kelakuan beberapa klan tetangga yg semakin tidak bisa dikontrol, keluarga Hakeyama meminta Date Terumune untuk menghentikan anaknya. Mereka mengajak Terumune untuk makan malam di kediaman mereka, setelah pembicaraan yg panjang akhirnya Terumune mengatakan dia tidak bisa menghentikan perilaku anaknya, yg menyebabkan keluarga Hatakeyama memilih menculik ayah Masamune. Hal ini di dengar oleh Masamune dan mengejar keluarga Hatakeyama, setelah mendekati kediaman keluarga Hatakeyama Masamune mendengarkan teriakan ayahnya untuk menyerang keluarga Hatakeyama tanpa mempedulikan ayahnya, dalam penyerangan ini ayahnya Terumune juga ikut terbunuh. Masamune mengejar dan membunuh semua keluarga Hatakeyama tanpa terkecuali.
Setelah mengalahkan Ashina di tahun 1589, dia menjadikan Aizu sebagai markas utama dalam menjalankan operasinya. Hubungan antara ibunya dengan dia semakin buruk. Ibunya ingin Masamune untuk segera diganti dengan anak keduanya bernama Kojiro. Suatu ketika saudaranya ini berusaha memberikan racun kepada Masamune, hal ini diketahui oleh Masamune dan segera membunuh saudaranya itu dan akhirnya Ibunya melarikan diri ke klan Mogami untuk berlindung. Di tahun 1590, Toyotomi Hideyoshi menguasai Istana Odawara dan memaksa Daimyo Tohoku untuk ikut berperang, walaupun Masamune pada awalnya menolak ajakan Hideyoshi dia tidak bisa menolak bahwa Hideyoshi ditakdirkan untuk memimpin jepang. Dia telat datang dalam pertemuan dan membuat Hideyoshi marah, tidak ingin dieksekusi dia datang dengan mengenakan pakaian terbaik dan menunjukkan rasa tidak kenal takut dihadapan Hideyoshi. Karena tidak ingin dapat masalah berkelanjutan kemudian Hideyoshi mengampuni Masamune. Setelah mengabdi beberapa waktu dengan Hideyoshi, dia mendapatkan Istana Iwatesawa yang merupakan hadiah dari Hideyoshi beserta tanah di sekitarnya. Masamune pindah ke Istana itu pada tahun 1591 dan membangun kembali istana tersebut juga mengganti namanya menjadi Iwadeyama. Masamune tinggal di Iwadeyama selama 13 tahun dan menjadikan Iwadeyama menjadi pusat ekonomi dan politik. Setelah kematian Hideyoshi dia mengabdi kepada Tokugawa (saran oleh Katakura Kojuuruo). Tokugawa Ieyasu menghadiahkan Masamune daerah Sendai yang menjadikan Masamune Daimyo terkuat di jepang. Tokugawa menjanjikan Masamune bisa mendapatkan satu juta koku, walaupun sudah melakukan perbaikan dan juga pemeliharaan hasil dari tanah hanya memproduksi 640.000 koku dan kebanyakan untuk dikirim ke kota Edo. Di tahun 1604 Masamune pindah ke Sendai dan meninggalkan anak ke empatnya yg bernama Date Muneyashu untuk memerintah Iwadeyama. Masamune ingin menjadikan Sendai lebih makmur lagi dari sebelumnya. Walaupun Masamune menguasai seni berperang dan mempunyai hubungan baik dengan pihak asing, dia juga merupakan Daimyo yg ambisius dan agresif. Pertama kali memerintah klan Date, dia sering mengalami kekalahan karena kelakuan dia sendiri.
Menjadi kekuatan besar di daerah utara jepang membuat Masamune dicurigai sebagai rival yg potensial untuk melawan balik. Pada saat Hideyoshi Toyotomi memerintah dia mengurangi daerah kekuasaan MAsamune karena datang terlambat saat menjaga Istana Odawara melawan Hojo Ujimasa. Kemudian saat Tokugawa Ieyashu berkuasa dia juga memberikan sedikit daerah untuk Masamune. Walaupun dicurigai baik oleh Tokugawa maupun Toyotomi, dia merupakan Daimyo paling setia terhadap tuannya.
Masamune lebih sering dikenal daripada Daimyo lainnya, hal ini karena dia memakai Helm perang dengan hiasan bulan sabit yang menandakan keganasan dan kekejamannya. semasa kecil dia kehilangan mata kanannya (hal ini masih belum diketahui karena dari beberapa sumber ada yg mengatakan mata kanan mengalami penyakit mata parah dan mengharuskan organ mata diambil, dan ada juga yg mengatakan mata kanan hilang ketika terjadi perampokan di masa kecilnya) karena kehilangan mata kanan tersebut dia dianggap tidak pantas menjadi seorang daimyo oleh ibunya. Klan Date telah membangun aliansi dengan klan tetangga dengan cara menikahkan keluarganya dengan keluarga lain. Setelah Masamune diganti, salah satu pelayannya bernama Odachi Sadatsuna mengkhianati klan dan bergabung dengan klan Ashina di Aizu. Masamune akhirnya mendeklarasikan perang terhadap Ashina, tetapi pasukannya berhasil dihentikan oleh jendral Ashina yg bernama Iwashiro Morikuni, yang menyebabkan pasukan Masamune mundur ke Istana Obama.
Dengan kebangkitan Masamune, beberapa klan aliansi yang dulu berhubungan baik, menjadi berbalik menyerang dan juga berusaha memperluas daerah kekuasaannya, bahkan sanak familinya di Mutsu propinsi Dewa. Karena takut atas kelakuan beberapa klan tetangga yg semakin tidak bisa dikontrol, keluarga Hakeyama meminta Date Terumune untuk menghentikan anaknya. Mereka mengajak Terumune untuk makan malam di kediaman mereka, setelah pembicaraan yg panjang akhirnya Terumune mengatakan dia tidak bisa menghentikan perilaku anaknya, yg menyebabkan keluarga Hatakeyama memilih menculik ayah Masamune. Hal ini di dengar oleh Masamune dan mengejar keluarga Hatakeyama, setelah mendekati kediaman keluarga Hatakeyama Masamune mendengarkan teriakan ayahnya untuk menyerang keluarga Hatakeyama tanpa mempedulikan ayahnya, dalam penyerangan ini ayahnya Terumune juga ikut terbunuh. Masamune mengejar dan membunuh semua keluarga Hatakeyama tanpa terkecuali.
Setelah mengalahkan Ashina di tahun 1589, dia menjadikan Aizu sebagai markas utama dalam menjalankan operasinya. Hubungan antara ibunya dengan dia semakin buruk. Ibunya ingin Masamune untuk segera diganti dengan anak keduanya bernama Kojiro. Suatu ketika saudaranya ini berusaha memberikan racun kepada Masamune, hal ini diketahui oleh Masamune dan segera membunuh saudaranya itu dan akhirnya Ibunya melarikan diri ke klan Mogami untuk berlindung. Di tahun 1590, Toyotomi Hideyoshi menguasai Istana Odawara dan memaksa Daimyo Tohoku untuk ikut berperang, walaupun Masamune pada awalnya menolak ajakan Hideyoshi dia tidak bisa menolak bahwa Hideyoshi ditakdirkan untuk memimpin jepang. Dia telat datang dalam pertemuan dan membuat Hideyoshi marah, tidak ingin dieksekusi dia datang dengan mengenakan pakaian terbaik dan menunjukkan rasa tidak kenal takut dihadapan Hideyoshi. Karena tidak ingin dapat masalah berkelanjutan kemudian Hideyoshi mengampuni Masamune. Setelah mengabdi beberapa waktu dengan Hideyoshi, dia mendapatkan Istana Iwatesawa yang merupakan hadiah dari Hideyoshi beserta tanah di sekitarnya. Masamune pindah ke Istana itu pada tahun 1591 dan membangun kembali istana tersebut juga mengganti namanya menjadi Iwadeyama. Masamune tinggal di Iwadeyama selama 13 tahun dan menjadikan Iwadeyama menjadi pusat ekonomi dan politik. Setelah kematian Hideyoshi dia mengabdi kepada Tokugawa (saran oleh Katakura Kojuuruo). Tokugawa Ieyasu menghadiahkan Masamune daerah Sendai yang menjadikan Masamune Daimyo terkuat di jepang. Tokugawa menjanjikan Masamune bisa mendapatkan satu juta koku, walaupun sudah melakukan perbaikan dan juga pemeliharaan hasil dari tanah hanya memproduksi 640.000 koku dan kebanyakan untuk dikirim ke kota Edo. Di tahun 1604 Masamune pindah ke Sendai dan meninggalkan anak ke empatnya yg bernama Date Muneyashu untuk memerintah Iwadeyama. Masamune ingin menjadikan Sendai lebih makmur lagi dari sebelumnya. Walaupun Masamune menguasai seni berperang dan mempunyai hubungan baik dengan pihak asing, dia juga merupakan Daimyo yg ambisius dan agresif. Pertama kali memerintah klan Date, dia sering mengalami kekalahan karena kelakuan dia sendiri.
Menjadi kekuatan besar di daerah utara jepang membuat Masamune dicurigai sebagai rival yg potensial untuk melawan balik. Pada saat Hideyoshi Toyotomi memerintah dia mengurangi daerah kekuasaan MAsamune karena datang terlambat saat menjaga Istana Odawara melawan Hojo Ujimasa. Kemudian saat Tokugawa Ieyashu berkuasa dia juga memberikan sedikit daerah untuk Masamune. Walaupun dicurigai baik oleh Tokugawa maupun Toyotomi, dia merupakan Daimyo paling setia terhadap tuannya.
Perang Sekigahara
Pertempuran Sekigahara (関ヶ原の戦い ,sekigahara no tatakai?) adalah pertempuran yang terjadi tanggal 15 September 1600 menurut kalender lunar (21 Oktober 1600 menurut kalender Gregorian) di Sekigahara, distrik Fuwa, Provinsi Mino, Jepang.
Pertempuran melibatkan pihak yang dipimpin Tokugawa Ieyasu melawan pihak Ishida Mitsunari sehubungan perebutan kekuasaan sesudah wafatnya Toyotomi Hideyoshi. Pertempuran dimenangkan oleh pihak Tokugawa Ieyasu yang memuluskan jalan menuju terbentuknya Keshogunan Tokugawa.
Dendam akibat Pertempuran Sekigahara berperan dalam melahirkan gerakan menggulingkan pemerintahan Keshogunan Edo di abad ke-19 yang dimulai dari wilayah han Satsuma dan Chōshū.
Pihak yang bertikai dalam pertempuran ini terbagi menjadi kubu Tokugawa (Pasukan utara) dan kubu pendukung klan Toyotomi (Pasukan Barat). Klan Toyotomi sendiri tidak memihak salah satu pihak yang bertikai dan tidak ambil bagian dalam pertempuran.
Setelah pertempuran selesai, kekuasaan militer cenderung berhasil dikuasai pihak Tokugawa sehingga Pertempuran Sekigahara juga terkenal dengan sebutan Tenka wakeme no tatakai (天下分け目の戦い ?, pertempuran yang menentukan pemimpin Jepang).
Pada saat terjadinya pertempuran belum digunakan istilah Pasukan Barat dan Pasukan Timur. Kedua istilah tersebut baru digunakan para sejarawan di kemudian hari untuk menyebut kedua belah pihak yang bertikai.
Latar belakang
[sunting] Perselisihan di dalam pemerintahan Toyotomi
Pemerintah Toyotomi yang berhasil menjadi pemersatu Jepang menyangkal keberadaan pertentangan tajam antara faksi bersenjata bentukan pemerintah dan pihak birokrat yang terdiri dari pejabat tinggi pengatur kegiatan beragama, ekonomi dan pemerintahan. Faksi bersenjata terdiri dari komandan militer pro klan Toyotomi yang pernah diturunkan di garis depan perang penaklukan Joseon. Bentrokan langsung antar faksi bersenjata dan pihak birokrat dapat dicegah oleh Toyotomi Hideyoshi dan adik kandungnya yang bernama Toyotomi Hidenaga.
Pertentangan menjadi semakin panas setelah pasukan ditarik mundur dari Joseon dan wafatnya Toyotomi Hidenaga di tahun 1591. Di akhir hayatnya, Toyotomi Hideyoshi mengambil sumpah setia para pengikut loyal yang terdiri dari dewan lima menteri dan lima orang pelaksana administrasi untuk membantu pemerintahan yang dipimpin Toyotomi Hideyori. Pertentangan di kalangan militer pengikut Hideyoshi mencuat ke permukaan sejak wafatnya Toyotomi Hideyoshi pada bulan Agustus 1598 di Istana Fushimi.
Tokugawa Ieyasu merupakan salah satu anggota dari dewan lima menteri yang menjadi tokoh yang sangat berpengaruh. Ieyasu mengatur pembagian wilayah untuk para daimyo berikut nilai kokudaka untuk setiap wilayah. Ieyasu juga menghapus pelarangan ikatan perkawinan di antara keluarga para daimyo yang berlaku di zaman pemerintahan Hideyoshi. Maeda Toshiie yang bertentangan dengan Tokugawa Ieyasu juga diharuskan menandatangani perjanjian non-agresi dengan Ieyasu.
Setelah Maeda Toshiie wafat di bulan Maret tahun berikutnya (1599), bentrokan bersenjata terjadi antara faksi birokrat pimpinan Ishida Mitsunari dan faksi bersenjata pimpinan kelompok Katō Kiyomasa, Fukushima Masanori dan 7 komandan militer. Ishida Mitsunari kabur bersembunyi ke rumah kediaman Ieyasu dan dituduh Ieyasu bertanggung jawab atas terjadinya bentrokan. Ishida Mitsunari lalu dipecat sebagai anggota pelaksana pemerintahan dan dikenakan tahanan rumah di Istana Sawayama.
Ada pendapat yang meragukan cerita Ishida Mitsunari yang kabur bersembunyi di rumah kediaman Ieyasu, karena peristiwa ini tidak didukung bukti sejarah yang kuat.
Kekuatan penentang Tokugawa Ieyasu tamat dengan habisnya karir politik Ishida Mitsunari dan kepulangan para anggota dewan lima menteri ke daerah masing-masing. Tokugawa Ieyasu yang tidak lagi mempunyai lawan politik memimpin pasukan dari Istana Fushimi untuk berangkat ke Osaka dan memimpin pemerintahan dari Istana Osaka.
Tokugawa Ieyasu kemudian berusaha merebut kekuasaan pemerintah dengan cara memanfaatkan pertentangan antara faksi militer dan faksi birokrat di dalam pemerintahan Toyotomi yang semakin melemah.
[sunting] Pemicu peperangan
Akibat terungkapnya rencana pembunuhan Tokugawa Ieyasu yang didalangi Maeda Toshinaga (putra pewaris Maeda Toshiie), anggota dewan lima pelaksana pemerintahan yang terdiri dari Asano Nagamasa, Ōno Harunaga dan Hijikata Katsuhisa ikut menjadi tersangka sehingga dipecat dan dikenakan tahanan rumah. Pasukan Toyotomi yang dibawah perintah Ieyasu berusaha menangkap Maeda Toshinaga yang dituduh sebagai dalang pemberontakan. Atas tuduhan pemberontakan ini, Maeda Toshinaga menunjukkan bahwa dirinya merupakan pengikut pemerintah Toyotomi yang setia dengan memberikan ibu kandungnya Hōshun-in (Matsu) kepada Ieyasu untuk disandera.
Memasuki tahun 1600, Tokugawa Ieyasu menggunakan kesempatan kaburnya Fujita Nobuyoshi (mantan pengikut klan Uesugi) untuk mengkritik Uesugi Kagekatsu penguasa Aizu yang dituduh telah memperkuat diri secara militer. Ieyasu juga memperingatkan kemungkinan Uesugi Kagekatsu bertujuan menyerang Kyoto sekaligus meminta Kagekatsu untuk datang ke Kyoto untuk menjelaskan duduk persoalan.
Penasehat Kagekatsu yang bernama Naoe Kanetsugu menolak tuduhan Ieyasu, tapi pasukan pemerintah Toyotomi mulai menyerang posisi Kagekatsu. Tokugawa Ieyasu yang ditunjuk sebagai panglima gabungan memimpin pasukan para daimyo yang loyal terhadap Toyotomi untuk menuju ke wilayah kekuasaan Uesugi di Aizu.
Sepeninggal Ieyasu yang berangkat ke Aizu, Ishida Mitsunari yang selesai dikenakan tahanan rumah kembali berkelompok dengan Ōtani Yoshitsugu, anggota dewan pelaksana administrasi Mashida Nagamori dan Ankokuji Ekei. Kelompok Mitsunari mendapat dukungan militer dari pasukan Mōri Terumoto yang bersama-sama membentuk Pasukan Barat. Kelompok Mitsunari berencana untuk menyandera istri dan anak-anak para daimyo pengikut Ieyasu sebelum mengangkat senjata melawan pasukan Ieyasu.
Ieyasu menyadari pergerakan militer Mitsunari sewaktu berada di Oyama (provinsi Shimotsuke) berdasarkan laporan pengikutnya yang bernama Torii Mototada yang tinggal di Istana Fushimi. Ieyasu yang sedang dalam perjalanan untuk menaklukkan Uesugi Kagekatsu di Aizu segera membatalkan rencana menyerang Kagekatsu. Ieyasu lalu mengadakan pertemuan dengan para daimyo pengikutnya mengenai strategi menghadapi Ishida Mitsunari. Pertemuan ini dikenal sebagai Perundingan Oyama. Daimyo seperti Sanada Masayuki dan Tamaru Tadamasa melepaskan diri dari pasukan Ieyasu, tapi sebagian besar daimyo ternyata memutuskan untuk terus mendukung Ieyasu. Pasukan Ieyasu kemudian menuju ke arah barat untuk kembali ke Kyoto.
Penjelasan lain mengatakan penaklukkan Uesugi Kagekatsu semata-mata digunakan Tokugawa Ieyasu sebagai alasan untuk dapat bentrok dengan pasukan Mitsunari. Daerah Kinai sengaja dibiarkan tidak terjaga untuk mengundang pergerakan pasukan Mitsunari. Istana Fushimi sengaja ditinggalkan pasukan Ieyasu dan hanya dijaga pasukan Torii Mototada untuk memancing penyerangan dari pasukan Mitsunari.
Pihak yang saling berhadapan dalam Pertempuran Sekigahara tidak bisa dengan mudah dibagi dua menjadi Pasukan Timur yang terdiri dari pasukan Tokugawa dan Pasukan Barat adalah pasukan Toyotomi. Ada pendapat yang mengatakan Pasukan Timur justru terdiri dari pasukan reguler di bawah pemerintah Toyotomi, sedangkan Pasukan Barat justru merupakan pasukan pemberontak. Keberadaan Pasukan Barat hampir-hampir tidak diketahui oleh tokoh-tokoh penting dalam pemerintahan Hideyori. Beberapa pejabat tinggi yang tidak setuju dengan pergerakan Pasukan Barat juga mengambil sikap pura-pura tidak tahu.
[sunting] Sebelum Sekigahara
[sunting] Bentrokan bersenjata
Pada tanggal 2 Juli 1600, Ishida Mitsunari membujuk Ōtani Yoshitsugu yang bermaksud untuk bergabung dengan pasukan Ieyasu agar justru bergabung dengan kelompok Mitsunari untuk menggulingkan pemerintahan Ieyasu.
Pada hari berikutnya (12 Juli), Ishida Mitsunari, Mashita Nagamori dan Ankokuji Ekei mengadakan pertemuan rahasia di Istana Sawayama. Dalam pertemuan antara lain disepakati permohonan untuk menunjuk Mōri Terumoto sebagai panglima tertinggi Pasukan Barat. Pada hari yang sama, Ishida Mitsunari dan kelompoknya menyiapkan pos-pos pemeriksaan di dekat sungai Aichi untuk menghentikan pasukan yang bermaksud bergabung dengan Pasukan Timur. Gerakan pasukan Chōsokabe Morichika dan Nabeshima Katsushige menjadi terhenti sehingga akhirnya tidak jadi bergabung dengan Pasukan Timur.
Pada tanggal 17 Juli, Mitsunari menyatakan perang terhadap Ieyasu dengan mengepung Istana Fushimi yang dijaga pengikut Ieyasu bernama Torii Mototada. Mitsunari mengeluarkan peringatan kepada Mototada agar menyerah. Mototada menolak pemintaan Mitsunari sehingga mulai diserang pada tanggal 19 Juli. Istana Fushimi digempur oleh pasukan Ukita Hideie dan Shimazu Yoshihiro. Pasukan yang dipimpin Mototada bertempur dengan sengit sebelum menyerah pada tanggal 1 Agustus.
Selanjutnya, basis-basis kekuatan militer Tokugawa seperti Istana Tanabe di provinsi Tango, Istana Anotsu dan Istana Matsusaka di provinsi Ise, secara berturut-turut semuanya berhasil direbut pasukan Mitsunari di bulan Agustus 1600. Mitsunari yang berniat menyerang provinsi Mino memindahkan markas pasukannya dari Istana Sawayama ke Istana Ōgaki pada tanggal 10 Agustus.
Sementara itu, Pasukan Timur terus maju ke arah barat melalui jalur Tōkaido tanpa dipimpin Tokugawa Ieyasu yang sedang berada di Edo. Fukushima Masanori dan Ikeda Terumasa yang berada di garis depan pimpinan Pasukan Timur berhasil menaklukkan Istana Gifu yang dikuasai Oda Hidenobu (Sanbōshi) pada tanggal 23 Agustus. Ieyasu sedang berada di Edo mengirimkan surat kepada para daimyo. Ieyasu memanfaatkan Tōdō Takatora dan Kuroda Nagamasa untuk membujuk daimyo yang setia pada Toyotomi agar tidak bergabung dengan Pasukan Barat. Setelah mengetahui jatuhnya Istana Gifu, Ieyasu dengan segan memimpin sekitar 30.000 prajurit melalui jalur Tōkaido menuju Osaka.
Putra ketiga Ieyasu yang bernama Tokugawa Hidetada diserahi tugas memimpin pasukan utama Tokugawa yang terdiri dari 38.000 prajurit. Hidetada sedang membawa pasukan melewati jalur Nakasendō berusaha menaklukkan Istana Ueda yang dipertahankan oleh Sanada Masayuki tapi gagal. Pasukan Hidetada yang mendapat perlawanan dari pasukan Masayuki terlambat sampai ke Pertempuran Sekigahara. Akibat datang terlambat di Sakigahara, Tokugawa Hidetada menerima hukuman dari Ieyasu. Hidetada harus menunggu tiga hari sebelum bisa menghadap Ieyasu.
Para bawahan Tokugawa Hidetada seperti daimyo wilayah han Ōgo bernama Makino Yasunari dihukum kurungan karena dituduh bertanggung jawab atas keterlambatan pasukan Tokugawa dan baru dilepas beberapa tahun kemudian.
Ada banyak kecurigaan sehubungan dengan keputusan Tokugawa Hidetada menggunakan pasukan inti Tokugawa untuk menyerang Sanada Masayuki. Daimyo kecil seperti Sanada Masayuki sebetulnya tidak perlu diserang apalagi penyerangan dilakukan persis sebelum terjadinya pertempuran besar. Walaupun tidak sedang dipimpin sendiri oleh Ieyasu, pasukan inti Tokugawa memerlukan waktu terlalu lama untuk menghadapi Sanada Masayuki yang hanya memiliki sedikit prajurit. Pendapat lain yang dapat dipercaya mengatakan Ieyasu menggunakan strategi tidak menurunkan pasukan inti dalam Pertempuran Sekigahara agar pasukan yang dimilikinya tetap utuh agar bisa digunakan di kemudian hari.
Pendapat lain juga mempertanyakan sebab pasukan Hidetada terlambat datang. Pada awalnya, Hidetada menerima perintah dari Ieyasu untuk menaklukkan Istana Ueda di provinsi Shinshu. Perintah menyerang Shinshu dibatalkan oleh Ieyasu setelah mendengar berita jatuhnya Istana Gifu. Tokugawa Ieyasu mengeluarkan perintah yang baru kepada Hidetada agar memimpin pasukan menuju provinsi Mino pada tanggal 29 Agustus tapi pada waktu itu sungai Tonegawa sedang banjir sehingga perjalanan kurir yang membawa pesan dari Ieyasu menjadi terhambat. Kurir dari Tokugawa Ieyasu baru sampai tanggal 9 September, sehingga keterlambatan Hidetada tidak dianggap sebagai kesalahan berat oleh Ieyasu.
Tokugawa Ieyasu juga baru bergabung lokasi berkumpulnya Pasukan Timur di Akasaka, Gunung Oka pada malam sebelum pertempuran (14 September 1600).
Pengikut Ishida Mitsunari yang bernama Shima Sakon mengusulkan agar sebagian pasukan Mitsunari mengambil posisi di sekitar tempat mengalirnya sungai Kuise di Akasaka untuk memancing Pasukan Timur dan menghabisinya. Peristiwa ini disebut Pertempuran Sungai Kuise.
Ishida Mitsunari dan pimpinan Pasukan Barat terpancing keluar menuju Sekigahara ketika sedang mempertahankan Istana Ōgaki akibat desas-desus yang disebarluaskan Ieyasu "Lupakan Istana Ōgaki, taklukkan Istana Sawayama, maju ke Osaka." Ada perbedaan pendapat tentang kebenaran Ieyasu perlu menyebar desas-desus untuk memancing keluar Ishida Mitsunari dan kelompoknya karena pertahanan Istana Ōgaki dikabarkan tidak terlalu kuat.
[sunting] Pihak yang bertikai dalam Pertempuran Sekigahara
( S Mengirimkan pasukan ke Sekigahara, ×T Membelot dari Pasukan Barat ke Pasukan Timur)
Pasukan Timur
Komandan militer
Kokudaka
Pasukan Barat
Komandan militer
Kokudaka
Tokugawa Ieyasu
2.550.000 S
Mōri Terumoto
1.205.000
Maeda Toshinaga
830.000
Uesugi Kagekatsu
1.200.000
Date Masamune
580.000
Ukita Hideie
570.000 S
Katō Kiyomasa
245.000
Shimazu Yoshihiro
560.000 S
Fukushima Masanori
200.000 S
Kobayakawa Hideaki
357.000 ×T
Hosokawa Tadaoki
180.000 S
Ishida Mitsunari
194.000 S
Asano Kichinaga
160.000 S
Konishi Yukinaga
200.000 S
Ikeda Terumasa
152.000 S
Mashita Nagamori
200.000
Koroda Nagamasa
180.000 S
Ogawa Suketada
70.000 ×T
Katō Yoshiakira
100.000 S
Ōtani Yoshitsugu
50.000 S
Tanaka Yoshimasa
100.000 S
Wakisaka Yasuharu
33.000 ×T
Tōdō Takatora
80.000 S
Ankokuji Ekei
60.000 S
Mogami Yoshiaki
240.000
Satake Yoshinobu
544.000
Yamauchi Kazutoyo
69.000 S
Oda Hidenobu
135.000
Hachisuka Yoshishige
177.000
Chōsokabe Morichika
220.000 S
Honda Tadakatsu
100.000 S
Kutsuki Mototsuna
10.000 ×T
Terazawa Hirotaka
80.000 S
Akaza Naoyasu
20.000 ×T
Ikoma Kazumasa
150.000 S
Kikkawa Hiroie
142.000 ×T
Ii Naomasa
120.000 S
Natsuka Masaie
50.000
Matsudaira Tadayoshi
100.000 S
Mōri Hidemoto
200.000 S
Tsutsui Sadatsugu
200.000 S
Toda Katsushige
10.000 S
[sunting] Formasi pasukan
Posisi pasukan pada pertempuran Sekigahara.
Pada tanggal 15 September 1600, kedua belah pihak Pasukan Barat dan Pasukan Timur saling berhadapan di Sekigahara. Menurut buku "Sejarah Jepang" yang disusun oleh markas besar Angkatan Darat Jepang, kubu Pasukan Timur tediri dari 74.000 prajurit dan kubu Pasukan Barat terdiri dari 82.000 prajurit. Di lembah sempit Sekigahara berkumpul pasukan dengan total lebih dari 150.000 prajurit.
Penasehat militer dari Jerman bernama Klemens Wilhelm Jacob Meckel yang didatangkan pemerintah Jepang zaman Meiji mengatakan Pertempuran Sekigahara pasti dimenangkan oleh Pasukan Barat setelah melihat peta formasi pasukan di Sekigahara. Pasukan Timur dalam keadaan terkepung dan kemenangan Pasukan Barat sudah di depan mata jika melihat posisi pasukan Mitsunari di gunung Sasao, pasukan Ukita Hideie di gunung Temma, pasukan Kobayakawa Hideaki di gunung Matsuo, dan garis pertahanan pasukan Mōri Hidemoto di gunung Nangū.
Sekigahara sejak pagi diselimuti kabut tebal. Kelompok pasukan yang ada di samping kiri dan samping kanan tidak bisa kelihatan. Fukushima Masanori yang ditunjuk Ieyasu sebagai pimpinan garis depan tidak bisa memutuskan saat tepat melakukan tembakan pertama untuk memulai pertempuran. Masanori tidak bisa melihat situasi karena tebalnya kabut.
[sunting] Pertempuran dimulai
Kedua belah pihak saling diam berhadapan di tengah kabut tebal. Pada saat kabut menipis, Ii Naomasa dan pasukan kecil pimpinan Matsudaira Tadayoshi yang berada di samping pasukan Fukushima bermaksud lewat menerobos. Fukushima Masanori yang sudah dijanjikan Ieyasu untuk memimpin penyerangan Pasukan Timur di bagian paling depan menjadi terkejut. Masanori memanggil pasukan yang mencoba menerobos agar berhenti, tapi dijawab "Mau lihat situasi" sambil langsung maju ke depan. Pasukan kecil yang dipimpin Tadayoshi secara tiba-tiba menembak ke arah gugus pasukan Ukita Hideie yang merupakan kekuatan utama Pasukan Barat. Tembakan yang dilepaskan Matsudaira Tadayoshi menandai dimulainya Pertempuran Sekigahara.
Pasukan Ukita yang dijadikan sasaran juga langsung balas menembak. Sekigahara menjadi medan pertempuran sengit. Pasukan Fukushima yang terdiri dari 6.000 prajurit dan pasukan Ukita yang terdiri dari 17.000 prajurit saling desak dan saling bunuh tanpa bisa maju selangkah pun juga.
Pasukan Kuroda Nagamasa yang terdiri dari 5.400 prajurit dan pasukan Hosokawa Tadaoki yang terdiri dari 5.100 pasukan secara bersama-sama mengincar pasukan Ishida Mitsunari dan membuka serangan. Pasukan Shima Sakon dan Gamō Satoie yang berada di pihak Ishida Mitsunari juga bertarung dengan gagah berani, musuh yang menyerang pasti dipukul mundur. Ōta Gyūichi yang mengalami sendiri pertempuran sengit Sekigahara menulis sebagai berikut: "Kawan dan lawan saling dorong, suara teriakan ditengah letusan senapan dan tembakan panah, langit bergemuruh, tanah tempat berpijak berguncang-guncang, asap hitam membubung, siang bolong pun menjadi gelap seperti malam, tidak bisa membedakan kawan atau lawan, pelat pelindung leher (pada baju besi) menjadi miring, pedang ditebas ke sana kemari."
Ketika pertempuran sudah berlangsung lebih dari 2 jam, Ishida Mitsunari membuat isyarat asap untuk memanggil gugus pasukan yang belum juga turut bertempur. Mistunari mengirim kurir untuk mengajak pasukan Shimazu untuk ikut bertempur, tapi Shimazu menolak untuk bertempur. Mōri Terumoto juga tidak bisa ikut bertempur akibat dihalangi di jalan oleh Kikkawa Hiroie. Ieyasu sebelumnya sudah melakukan perundingan rahasia dengan Hiroie yang dijanjikan untuk memperoleh wilayah kekuasaan klan Mōri.
[sunting] Pembelotan Kobayakawa Hideaki
Kobayakawa Hideaki yang berada di pihak Pasukan Barat sudah diam-diam bersekongkol dengan Ieyasu, tapi sampai lepas tengah hari masih bersikap ragu-ragu dan pasukan Hideaki cuma diam saja. Tokugawa Ieyasu menjadi hilang kesabaran dan memerintahkan pasukannya untuk menembak ke posisi pasukan Hideaki di gunung Matsuo. Kobayakawa Hideaki yang masih ragu-ragu akhirnya memutuskan untuk turun gunung dan bertempur untuk pihak Ieyasu.
Pasukan Kobayakawa Hideaki menggempur sayap kanan gugusan pasukan Ōtani Yoshitsugu. Walaupun sudah bersekongkol dengan Ieyasu, Wakisaka Yasuharu, Ogawa Suketada, Akaza Naoyasu dan Kutsuki Mototsuna yang masih menunggu situasi jalannya pertempuran, akhirnya membelot ke kubu Pasukan Timur. Akibat aksi pembelotan demi pembelotan ke kubu Pasukan Timur, hasil akhir pertempuran Sekigahara yang seharusnya dimenangkan Pasukan Barat berubah dimenangkan Pasukan Timur.
[sunting] Pasukan Barat tercerai-berai
Di tengah keadaan Pasukan Barat yang mulai tercerai-berai, pasukan yang dipimpin Shimazu Yoshihiro berusaha mundur dengan memotong garis depan menerobos pasukan Ieyasu sambil terus menerus melepaskan tembakan ke arah gugus tempur Ieyasu. Pasukan Fukushima menjadi ketakutan melihat kenekatan pasukan Shimazu yang mundur memotong garis depan. Ii Naomasa dan Matsudaira Tadayoshi berusaha mengejar pasukan Shimazu, tapi malah tertembak dan luka-luka. Kuda yang sedang ditunggangi Honda Tadakatsu tertembak sehingga Tadakatsu jatuh dan menderita luka-luka.
Pada akhirnya, pasukan Shimazu berhasil mundur walaupun menderita korban tewas seperti Shimazu Toyohisa dan Ata Moriatsu dan pasukan yang tersisa jumlahnya tinggal sekitar 80 prajurit. Shimazu Yoshihiro bisa lolos berkat penyamaran Ata Moriatsu yang mengenakan mantel tempur (jinbaori) milik Yoshihiro yang dihadiahkan oleh Toyotomi Hideyoshi. Moriatsu bertempur mati-matian dengan lawan yang menyangkanya sebagai Shimazu Yoshihiro, hingga sadar pasti tewas dan melakukan seppuku. Gugus tempur Pasukan Barat yang lain juga berhasil dihancurkan atau lari tercerai-berai.
[sunting] Pertempuran di daerah-daerah
Pertempuran Sekigahara tidak hanya terbatas di provinsi Mino, melainkan juga meluas ke daerah-daerah lain. Sebelum dan sesudah Sekigahara, di berbagai daerah di seluruh Jepang seperti di Tohoku, Hokuriku, Kinai, Kyushu terjadi bentrokan bersenjata yang dapat disebut perang proxy antara daimyo pendukung Pasukan Timur dan daimyo pendukung Pasukan Barat.
[sunting] Daerah Tohoku
Ada cerita yang didasarkan bukti kuat bahwa penghancuran klan Uesugi akibat dijelek-jelekkan oleh Hori Hideharu yang berada di pihak Pasukan Timur, tapi dokumen yang ditemukan belakangan ini justru membuktikan bahwa Hideharu berada di pihak Pasukan Barat.
Dalam mengawasi pergerakan pasukan Ishida Mitsunari, Ieyasu mengeluarkan perintah untuk kepada Yūki Hideyasu sebagai kekuatan utama dalam mengawasi Uesugi Kagekatsu, dibantu oleh para daimyo yang mempunyai wilayah yang bertetangga dengan wilayah Kagekatsu seperti Mogami Yoshiaki, Hori Hideharu dan Date Masamune.
Mogami Yoshiaki yang ingin wilayah yang dekat dengan laut melihat kesempatan emas untuk merebut wilayah kekuasaan Uesugi menyusun rencana penyerangan bekerja sama dengan Date Masamune. Pengikut setia klan Uesugi seperti Naoe Kanetsugu yang mendengar rencana ini mengambil keputusan untuk menyerang lebih dulu daripada diserang. Pada tanggal 9 September 1600, kekuatan Naoe Kanetsugu yang datang dari arah Yonezawa berhasil mendesak masuk ke dalam wilayah Mogami dan beberapa hari kemudian berhasil mengepung Istana Yamagata yang merupakan tempat kediaman Mogami Yoshiaki.
Setelah kemenangan Tokugawa Ieyasu dalam Sekigahara, Date Masamune yang berada di bawah Pasukan Timur mendapat tambahan wilayah sebanyak 7 distrik yang bernilai 1.000.000 koku. Ieyasu memang menjanjikan 1.000.000 koku bagi daimyo yang mau berpihak kepadanya dalam Sekigahara. Istana Shiraishi yang merupakan wilayah kekuasaan Uesugi kemudian juga diserang dan dikuasai oleh pasukan Date Masamune.
Mogami Yoshiaki yang panik akibat serangan mendadak dari pasukan Uesugi segera meminta bantuan pasukan kepada Date Masamune. Di kalangan pengikut Date Masamune seperti Katakura Kagetsuna berpendapat pasukan Uesugi yang sudah kelelahan bertempur dengan pasukan Mogami dapat ditaklukkan dengan mudah dan wilayah Yamagata dapat dikuasai tanpa bersusah payah.
Date Masamune perlu menolong klan Mogami karena kehancuran klan Mogami akan membuat Uesugi Kagekatsu menjadi ancaman langsung bagi Masamune. Pada tanggal 17 September 1600 Date Masamune menunjuk panglima tertinggi Rusu Masakage untuk menyerang pasukan Naoe Kanetsugu. Ada juga pendapat yang mengatakan Date Masamune kuatir dengan nasib ibunya yang berada di Istana Yamagata disandera oleh Mogami Yoshiaki.
Berkat pasukan tambahan dari Masamune, pasukan pengikut Sakenobe Hidetsuna yang berada di pihak Mogami bertempur gagah berani melawan pasukan Naoe Kanetsugu. Pertempuran menjadi berlangsung seimbang. Istana Hasedō yang dipertahankan Shimura Mitsuyasu hanya dengan sedikit prajurit ternyata tidak bisa juga ditaklukkan oleh Kanetsugu. Setelah hasil Pertempuran Sekigahara diketahui oleh kubu kedua belah pihak pada tanggal 29 September, pertempuran secara cepat dimenangkan pasukan Mogami Yoshiaki.
Naoe Kanetsugu segera memerintahkan pasukannya untuk mundur dengan Maeda Toshimasu berada di bagian paling belakang. Mogami Yoshiaki segera memerintahkan pasukannya untuk mengejar sekaligus memimpin sendiri penyerangan besar-besaran. Pengejaran ini berubah menjadi pertempuran yang kacau balau, topi baja yang dikenakan Mogami Yoshiaki sempat tertembak dan harus bersusah payah melarikan diri sementara pasukan Mogami Yoshiyasu (putra Yoshiaki) terus melakukan pengejaran. Pada tanggal 4 Oktober, pasukan Kanetsugu berhasil kembali dengan selamat di Istana Yonezawa.
[sunting] Daerah Hokuriku
Maeda Toshinaga yang merasa harus mendukung penyerangan terhadap Uesugi Kanetsugi berangkat dari Kanazawa pada tanggal 26 Juli 1600. Memasuki bulan Agustus, Yamaguchi Munenaga yang bertahan di dalam Istana Daishōji berhasil dikepung oleh pasukan Maeda Toshinaga dan jatuh pada tanggal 3 Agustus. Istana Kitanojō yang dijaga Aoki Kazunori juga sudah berhasil dikepung, tapi akhirnya pasukan Toshinaga terpaksa mundur dengan tergesa-gesa akibat kabar bohong tentang pasukan Ōtani Yoshitsugu yang datang menyerang dari belakang. Kabar bohong ini konon disebarkan sendiri oleh Yoshitsugu.
Di tengah jalan, Maeda Toshinaga membagi pasukannya menjadi dua. Setengah dari pasukannya dikirim untuk menyerang Niwa Nagashige yang bertahan di dalam Istana Komatsu. Pada tanggal 9 Agustus 1600, pasukan Nagashige yang sebelumnya sudah tercerai berai akibat serangan mendadak kembali dihantam oleh pasukan inti Toshinaga sehingga korban jatuh dalam jumlah besar di pihak Nagashige. Niwa Nagashige akhirnya menawarkan perdamaian dan menyerahkan Istana Komatsu. Toshinaga yang berhasil pulang ke Kanazawa segera menyusun kembali pasukannya dengan tergesa-gesa dan baru berhasil berangkat dari Kanazawa pada tanggal 12 September 1600 sehingga pada akhirnya tidak berhasil sampai di Sekigahara.
[sunting] Daerah Kinai
Istana Ōtsu
Kyōgoku Takatsugu yang berada di kubu Pasukan Timur tidak berhasil mempertahankan Istana Ōtsu dan diasingkan sebagai pendeta di kuil Onjōji, Gunung Kōya.
Istana Tanabe
Hosokawa Tadaoki ketika sedang pergi berperang menitipkan Istana Tanabe di provinsi Tango kepada Hosokawa Yūsai yang hanya ditemani 500 prajurit. Pasukan Barat yang dipimpin panglima tertinggi Onogi Shigekatsu (penguasa Istana Fukuchiyama) mengepung Istana Tanabe dengan lebih dari 15.000 prajurit dari pasangan bapak dan anak Koide Yoshimasa-Koide Hidemasa dan Akamatsu Hirohide. Pertempuran berlangsung seimbang tapi tidak berlangsung habis-habisan karena beberapa orang komandan kubu Pasukan Barat seperti Tani Morimoto pernah berguru kepada Hosokawa Yūsai yang dikenal ahli dalam seni menulis Kadō.
Keadaan pertempuran kemudian tidak lagi menguntungkan pihak Pasukan Timur, sehingga satu-satunya pilihan Hosokawa Yūsai adalah gugur secara terhormat daripada ditaklukkan musuh. Buku berisi ilmu rahasia seni menulis Kadō yang disebut Kokindenju sudah diputuskan untuk diwariskan semuanya kepada murid yang bernama Hachijōnomiya Toshihitoshinnō. Kabar ini diteruskan oleh Hachijonomiya kepada Kaisar Goyōzei yang merasa takut akan kehilangan Hosokawa Yūsai. Kaisar mengeluarkan perintah kepada pihak Pasukan Barat agar menghentikan penyerangan ke Istana Tanabe. Pasukan Barat tidak mau menghentikan penyerangan begitu saja, lagipula Yūsai juga menolak untuk menyerahkan Istana Tanabe. Pada tanggal 12 September 1600, kaisar mengirim tiga orang utusan pribadi yang bernama Nakanoin Michikatsu, Karasuma Mitsuhiro dan Sanjūnishi Sanuki ke Istana Tanabe. Hosokawa Yūsai akhirnya menerima usulan damai dan menyerahkan Istana Tanabe kepada Onogi Shigekatsu pada tanggal 18 September 1600.
Sehabis mengusir Hosokawa Yūsai dari Istana Tanabe, Onogi Shigekatsu mendengar kabar kekalahan Pasukan Barat di Sekigahara. Shigekatsu segera pulang melarikan diri ke Istana Fukuchiyama. Tidak lama kemudian Istana Fukuchiyama dikepung oleh pasukan Hosokawa Tadaoki yang baru saja menang perang dan pasukan Tani Morimoto yang membelot ke kubu Pasukan Timur. Shigekatsu memohon agar nyawanya diampuni, tapi akhirnya terpaksa melakukan bunuh diri pada tanggal 18 November 1600.
[sunting] Kyushu
Kuroda Josui, Katō Kiyomasa, Nabeshima Naoshige sedang berada di wilayah kekuasaannya masing-masing di Kyushu. Kiyomasa dan Noshige pada awalnya mempertahankan sikap netral, sedangkan Josui berusaha keras membantu Pasukan Timur dengan tanpa ragu-ragu menyumbangkan semua uang dan perbekalan yang disimpan di Istana Nakatsu. Berkat semua yang yang dimilikinya, Kuroda Josui dengan cepat berhasil membentuk pasukan yang terdiri lebih dari 3.500 ronin.
Sementara itu, Ōtomo Yoshimune dari kubu Pasukan Barat ingin lebih memanaskan pertentangan antara kubu Timur-Barat. Yoshimune yang menerima dukungan dari Mōri Terumoto berencana untuk merebut kembali provinsi Bungo. Pada tanggal 9 September 1600, Ōtomo Yoshimune menjejakkan kaki di provinsi Bungo yang baru pertama kali dilakukannya sejak diasingkan. Yoshimune yang mengumpulkan bekas pengikutnya menantang pasukan Kuroda Josui untuk bertempur di Ishigakihara (sekarang kota Beppu).
Pada tanggal 13 September 1600, kedua belah pihak terlibat bentrokan bersenjata. Kubu pihak Yoshimune akhirnya menyerah kepada kubu Josui akibat terbunuhnya jenderal dari pihak Yoshimune. Pada tanggal 15 September 1600, Ōtomo Yoshimune memutuskan untuk menjadi biksu setelah menyerahkan diri kepada pasukan yang dipimpin Mori Tomonobu yang bertempur untuk kubu pasukan Josui. Katō Kiyomasa yang ketika mendengar berita kemenangan pasukan Josui sedang memimpin bala bantuan untuk Josui dari Kumamoto segera berbalik arah menyerang wilayah kekuasaan Konishi Yukinaga.
Pasukan Josui terus menyerang dan berturut-turut menaklukkan istana yang terdapat di Kita Kyushu. Katō Kiyomasa bersama Nabeshima Naoshige kemudian mengepung Istana Yanagawa dan berhasil memaksa Tachibana Muneshige untuk menyerah. Pada waktu itu, Tachibana Muneshige sedang bertahan di dalam Istana Yanagawa setelah terlambat datang di pertempuran Sekigahara. Pasukan gabungan yang dipimpin Josui kemudian merencanakan untuk menyerang provinsi Shimazu. Shimazu Ryūhaku yang ditinggal untuk menjaga wilayah milik Konishi Yukinaga menjadi panik atas ancaman pasukan gabungan yang dipimpin Josui. Ryūhaku mengirim pasukannya untuk memperkuat Kyushu dengan menjadi semakin tegang menanti serangan dari pasukan gabungan Josui. Penyerangan ke Shimazu yang sudah di depan mata akhirnya dibatalkan setelah ada perintah untuk menghentikan peperangan dari Tokugawa Ieyasu.
[sunting] Daerah-daerah lain
Kanto
Satake Yoshinobu menjadi ragu-ragu dalam menentukan pihak yang perlu didukung. Yoshinobu sendiri merupakan sahabat dari Ishida Mitsunari, tapi ayahnya yang bernama Satake Yoshishie menyuruhnya untuk mendukung Pasukan Timur. Pengikut Yoshinobu seperti Tagaya Shigetsune, Yamakawa Asanobu yang memiliki sedikit pasukan, Sōma Yoshitane semuanya mendukung Uesugi Kagekatsu (kubu Pasukan Barat)
Ise
Istana pihak Pasukan Barat yang ada di Ise seperti Istana Anotsu tidak luput dari serangan pasukan Mōri Terumoto yang sedang dalam perjalanan menuju Sekigahara. Penguasa Istana Anotsu yang bernama Tomita Nobutaka menjadi biksu setelah menyerah. Furuta Shigekatsu yang menguasai Istana Matsusaka berhasil mengulur waktu dengan menawarkan perjanjian damai sehingga tidak perlu menyerahkan istana.
[sunting] Penyelesaian pasca Sekigahara
Lokasi pertempuran Sekigahara sekarang.
Seusai Pertempuran Sekigahara, Ishida Mitsunari tertangkap oleh pasukan Tanaka Yoshimasa pada tanggal 21 September 1600, sedangkan Konishi Yukinaga tertangkap tanggal 19 September dan Ankokuji Ekei tertangkap tanggal 23 September tahun yang sama. Para tawanan kemudian diarak berkeliling kota di Osaka dan Sakai sebelum dieksekusi di tempat bernama Rokujōgawara yang terletak di pinggir sungai Kamo, Kyoto.
Ukita Hideie yang setelah Pertempuran Sekigahara melarikan diri ke provinsi Satsuma berhasil ditangkap oleh Shimazu Tadatsune di akhir tahun 1603. Hideie kemudian diserahkan kepada Tokugawa Ieyasu. Tadatsune dan Maeda Toshinaga yang merupakan kakak dari istri Hideie (Putri Gō) meminta pengampunan atas nyawa Hideie dan dikabulkan oleh Ieyasu. Hukuman mati Ukita Hideie dikurangi menjadi hukuman buang ke pulau Hachijōjima setelah menjalani hukuman kurungan di gunung Kuno, provinsi Suruga.
Nastuka Masaie melarikan diri ke tempat tinggalnya di Istana Minakuchi provinsi Ōmi tapi berhasil dikejar oleh pasukan Ikeda Terumasa yang bertempur untuk kubu Pasukan Timur. Masaie melakukan bunuh diri pada tanggal 3 Oktober 1600. Ōtani Yoshitsugu melakukan bunuh diri sewaktu mempertahankan diri dari serangan Kobayakawa Hideaki yang membelot ke kubu Pasukan Timur.
Hukuman untuk Shimazu Yoshihiro tidak juga kunjung berhasil diputuskan. Pada bulan April 1602, Tokugawa Ieyasu memutuskan wilayah kekuasaan Yoshihiro diberikan kepada kakaknya yang bernama Shimazu Yoshihisa karena menurut Ieyasu, "Tindakan Yoshihiro bukanlah (tindakan yang) dapat diterima majikan." Hak Yoshihiro sebagai pewaris klan juga dicabut dan putranya yang bernama Shimazu Tadatsune ditunjuk sebagai penggantinya.
Mōri Terumoto dinyatakan bersalah karena sebagai panglima tertinggi mengeluarkan berbagai petunjuk untuk mempertahankan Istana Osaka. Wilayah kekuasaan Terumoto dikurangi hingga tinggal menjadi dua provinsi, yakni provinsi Suō dan provinsi Nagato. Pada mulanya, Tokugawa Ieyasu menjanjikan seluruh wilayah klan Mōri untuk Kikkawa Hiroie, tapi kemudian janji ini diubah secara sepihak oleh Ieyasu. Kikkawa Hiroie hanya akan diberi dua provinsi milik klan Mōri yang tersisa (Suō dan Nagato) sehingga pemberian Ieyasu ditolak oleh Hiroie dan kedua provinsi ini tetap menjadi milik klan Mōri.
Hak atas semua wilayah kekuasaan Tachibana Muneshige dan Maeda Toshinaga dicabut karena telah menimbulkan kerugian besar pada pasukan Niwa Nagashige. Muneshige dan Nagashige kemudian dipulihkan haknya sebagai daimyo lain berkat jasa baik Tokugawa Hidetada. Muneshige juga menerima kembali bekas wilayah kekuasaannya.
Chōsokabe Morichika mengaku bersalah sebagai pembunuh kakak kandungnya yang yang bernama Tsuno Chikatada akibat kesalah pahaman dan laporan bohong yang disampaikan pengikutnya. Tokugawa Ieyasu marah besar hingga merampas semua wilayah kekuasaan Chōsokabe Morichika.
Wilayah kekuasaan senilai 1.200.000 koku milik Uesugi Kagekatsu dari Aizu dikurangi menjadi hanya tinggal wilayah Yonezawa bekas kepunyaan Naoe Kanetsugu yang hanya bernilai 300.000 koku.
Satake Yoshinobu yang tadinya menguasai provinsi Hitachi yang bernilai 540.000 koku ditukar dengan provinsi Dewa yang hanya bernilai 180.000 koku.
Kobayakawa Hideaki berkhianat dari kubu Pasukan Barat dan membelot ke kubu Pasukan Timur ditukar wilayah kekuasaannya dari provinsi Chikuzen yang cuma bernilai 360.000 koku menjadi provinsi Bizen yang bernilai 570.000 koku. Pada tahun 1602, Kobayakawa Hideaki yang masih berusia 21 tahun meninggal karena sakit gila, tanpa ada anak pewaris dan garis keturunannya putus begitu saja.
Wakisaka Yasuharu dan Kutsuki Mototsuna yang membelot ke kubu Pasukan Timur atas ajakan Kobayakawa Hideaki mendapat wilayah kekuasaan. Pembelotan Ogawa Suketada dan Akaza Naoyasu justru sia-sia karena wilayah kekuasaan dirampas oleh Ieyasu. Tokugawa Ieyasu tidak menghargai para pembelot dari kubu Pasukan Barat kecuali Hideaki, Yasuharu dan Mototsuna. Ogawa Suketada memang dikabarkan mempunyai sejarah pembelotan ke sana kemari, lagipula putra pewarisnya merupakan sahabat dekat Ishida Mitsunari. Selain itu, Akaza Naoyasu kabarnya takut mendengar bunyi tembakan. Ogawa Suketada tutup usia setahun sesudah Pertempuran Sekigahara, sedangkan Akaza Naoyasu menjadi pengikut Maeda Toshinaga sebelum mati tenggelam di provinsi Etchū pada tahun 1606.
Di pasca Pertempuran Sekigahara, Tokugawa Ieyasu menghadiahkan pada daimyo pendukung kubu Pasukan Timur dengan tambahan wilayah kekuasaan yang luas.
Hosokawa Tadaoki yang tadinya memiliki provinsi Tango (Miyazu) senilai 180.000 koku ditukar dengan provinsi Buzen (Okura) yang bernilai 400.000 koku.
Tanaka Yoshimasa yang tadinya memiliki provinsi Mikawa (Okazaki) senilai 100.000 koku ditukar dengan provinsi Chikugo (Yanagawa) yang bernilai 325.000 koku.
Kuroda Nagamasa yang tadinya memiliki provinsi Buzen (Nakatsu) senilai 180.000 koku ditukar dengan provinsi Chikuzen (Najima) yang bernilai 530.000 koku.
Katō Yoshiakira dipindahkan dari Masaki (provinsi Iyo) yang bernilai 100.000 koku ke Matsuyama yang terletak di provinsi yang sama tapi bernilai 200.000 koku.
Tōdō Takatora dipindahkan dari Itajima (provinsi Iyo) yang bernilai 80.000 koku ke Imabari yang terletak di provinsi yang sama tapi bernilai 200.000 koku.
Terazawa Hirotaka yang menguasai provinsi Hizen ditingkatkan penghasilannya dari 83.000 koku menjadi 123.000 koku.
Yamauchi Kazutoyo yang tadinya memiliki provinsi Tōtōmi (Kakegawa) senilai 70.000 koku ditukar dengan provinsi Tosa yang bernilai 240.000 koku.
Fukushima Masanori yang memiliki provinsi Owari (Kiyosu) senilai 200.000 koku ditukar dengan provinsi Aki dan Bingo (Hiroshima) yang bernilai 498.000 koku.
Ikoma Kazumasa yang menguasai provinsi Sanuki (Takamatsu) senilai 65.000 koku ditingkatkan penghasilannya menjadi 171.000 koku.
Ikeda Terumasa yang menguasai provinsi Mikawa (Yoshida) senilai 152.000 koku dipindahkan ke provinsi Harima (Himeji) yang bernilai 520.000 koku.
Asano Kichinaga yang menguasai provinsi Kai senilai 220.000 koku dipindahkan ke provinsi Kii (Wakayama) yang bernilai 376.000 koku.
Katō Kiyomasa yang menguasai provinsi Higo ditingkatkan penghasilannya dari 195.000 koku menjadi 515.000 koku.
Para daimyo yang bukan merupakan pengikut Tokugawa Ieyasu sebagian besar diusir ke provinsi-provinsi yang terdapat di sebelah barat Jepang.
Date Masamune yang berangkat dari Oshu untuk bergabung dengan kubu Pasukan Timur juga tidak ketinggalan menerima hadiah dari Ieyasu. Provinsi Mutsu (Iwadeyama) yang dimiliki Date Masamune ditingkatkan nilainya dari 570.000 koku menjadi 620.000 koku.
Mogami Yoshiaki yang memiliki provinsi Dewa (Yamagata) ditingkatkan penghasilannya dari 240.000 koku menjadi 570.000 koku.
Pasca Sekigahara, Nilai wilayah yang langsung berada di bawah kekuasaan Tokugawa Ieyasu bertambah drastis dari 2.500.000 koku menjadi 4.000.000 koku.
Wilayah kekuasaan klan Toyotomi yang sewaktu Toyotomi Hideyoshi masih berkuasa bernilai 2.220.000 koku berkurang secara drastis menjadi 650.000 koku. Pelabuhan ekspor-impor di kota Sakai dan Nagasaki yang membiayai klan Toyotomi dijadikan milik Tokugawa Ieyasu, sehingga posisi klan Tokugawa berada di atas klan Toyotomi.
Klan Shimazu dari Satsuma yang kalah dan menderita kerugian besar dalam Pertempuran Sekigahara dan klan Mōri dari Chōshū yang dirampas wilayah kekuasaannya menyimpan dendam kesumat terhadap Tokugawa Ieyasu. Klan Mōri dan klan Shimazu harus menunggu 250 tahun untuk dapat menumbangkan kekuasaan Keshogunan Edo yang dibangun Tokugawa Ieyasu.
[sunting] Film dan sinetron
Pertempuran Sekigahara masih jarang diangkat sebagai film atau sinetron, karena pertempuran hanya berlangsung singkat namun melibatkan banyak sekali pihak yang bertikai.
Aoi Tokugawa Sandai (Taiga drama tahun 2000, produksi NHK) bercerita tentang tiga generasi dinasti Tokugawa yang dibangun setelah Pertempuran Sekigahara.
Pertempuran melibatkan pihak yang dipimpin Tokugawa Ieyasu melawan pihak Ishida Mitsunari sehubungan perebutan kekuasaan sesudah wafatnya Toyotomi Hideyoshi. Pertempuran dimenangkan oleh pihak Tokugawa Ieyasu yang memuluskan jalan menuju terbentuknya Keshogunan Tokugawa.
Dendam akibat Pertempuran Sekigahara berperan dalam melahirkan gerakan menggulingkan pemerintahan Keshogunan Edo di abad ke-19 yang dimulai dari wilayah han Satsuma dan Chōshū.
Pihak yang bertikai dalam pertempuran ini terbagi menjadi kubu Tokugawa (Pasukan utara) dan kubu pendukung klan Toyotomi (Pasukan Barat). Klan Toyotomi sendiri tidak memihak salah satu pihak yang bertikai dan tidak ambil bagian dalam pertempuran.
Setelah pertempuran selesai, kekuasaan militer cenderung berhasil dikuasai pihak Tokugawa sehingga Pertempuran Sekigahara juga terkenal dengan sebutan Tenka wakeme no tatakai (天下分け目の戦い ?, pertempuran yang menentukan pemimpin Jepang).
Pada saat terjadinya pertempuran belum digunakan istilah Pasukan Barat dan Pasukan Timur. Kedua istilah tersebut baru digunakan para sejarawan di kemudian hari untuk menyebut kedua belah pihak yang bertikai.
Latar belakang
[sunting] Perselisihan di dalam pemerintahan Toyotomi
Pemerintah Toyotomi yang berhasil menjadi pemersatu Jepang menyangkal keberadaan pertentangan tajam antara faksi bersenjata bentukan pemerintah dan pihak birokrat yang terdiri dari pejabat tinggi pengatur kegiatan beragama, ekonomi dan pemerintahan. Faksi bersenjata terdiri dari komandan militer pro klan Toyotomi yang pernah diturunkan di garis depan perang penaklukan Joseon. Bentrokan langsung antar faksi bersenjata dan pihak birokrat dapat dicegah oleh Toyotomi Hideyoshi dan adik kandungnya yang bernama Toyotomi Hidenaga.
Pertentangan menjadi semakin panas setelah pasukan ditarik mundur dari Joseon dan wafatnya Toyotomi Hidenaga di tahun 1591. Di akhir hayatnya, Toyotomi Hideyoshi mengambil sumpah setia para pengikut loyal yang terdiri dari dewan lima menteri dan lima orang pelaksana administrasi untuk membantu pemerintahan yang dipimpin Toyotomi Hideyori. Pertentangan di kalangan militer pengikut Hideyoshi mencuat ke permukaan sejak wafatnya Toyotomi Hideyoshi pada bulan Agustus 1598 di Istana Fushimi.
Tokugawa Ieyasu merupakan salah satu anggota dari dewan lima menteri yang menjadi tokoh yang sangat berpengaruh. Ieyasu mengatur pembagian wilayah untuk para daimyo berikut nilai kokudaka untuk setiap wilayah. Ieyasu juga menghapus pelarangan ikatan perkawinan di antara keluarga para daimyo yang berlaku di zaman pemerintahan Hideyoshi. Maeda Toshiie yang bertentangan dengan Tokugawa Ieyasu juga diharuskan menandatangani perjanjian non-agresi dengan Ieyasu.
Setelah Maeda Toshiie wafat di bulan Maret tahun berikutnya (1599), bentrokan bersenjata terjadi antara faksi birokrat pimpinan Ishida Mitsunari dan faksi bersenjata pimpinan kelompok Katō Kiyomasa, Fukushima Masanori dan 7 komandan militer. Ishida Mitsunari kabur bersembunyi ke rumah kediaman Ieyasu dan dituduh Ieyasu bertanggung jawab atas terjadinya bentrokan. Ishida Mitsunari lalu dipecat sebagai anggota pelaksana pemerintahan dan dikenakan tahanan rumah di Istana Sawayama.
Ada pendapat yang meragukan cerita Ishida Mitsunari yang kabur bersembunyi di rumah kediaman Ieyasu, karena peristiwa ini tidak didukung bukti sejarah yang kuat.
Kekuatan penentang Tokugawa Ieyasu tamat dengan habisnya karir politik Ishida Mitsunari dan kepulangan para anggota dewan lima menteri ke daerah masing-masing. Tokugawa Ieyasu yang tidak lagi mempunyai lawan politik memimpin pasukan dari Istana Fushimi untuk berangkat ke Osaka dan memimpin pemerintahan dari Istana Osaka.
Tokugawa Ieyasu kemudian berusaha merebut kekuasaan pemerintah dengan cara memanfaatkan pertentangan antara faksi militer dan faksi birokrat di dalam pemerintahan Toyotomi yang semakin melemah.
[sunting] Pemicu peperangan
Akibat terungkapnya rencana pembunuhan Tokugawa Ieyasu yang didalangi Maeda Toshinaga (putra pewaris Maeda Toshiie), anggota dewan lima pelaksana pemerintahan yang terdiri dari Asano Nagamasa, Ōno Harunaga dan Hijikata Katsuhisa ikut menjadi tersangka sehingga dipecat dan dikenakan tahanan rumah. Pasukan Toyotomi yang dibawah perintah Ieyasu berusaha menangkap Maeda Toshinaga yang dituduh sebagai dalang pemberontakan. Atas tuduhan pemberontakan ini, Maeda Toshinaga menunjukkan bahwa dirinya merupakan pengikut pemerintah Toyotomi yang setia dengan memberikan ibu kandungnya Hōshun-in (Matsu) kepada Ieyasu untuk disandera.
Memasuki tahun 1600, Tokugawa Ieyasu menggunakan kesempatan kaburnya Fujita Nobuyoshi (mantan pengikut klan Uesugi) untuk mengkritik Uesugi Kagekatsu penguasa Aizu yang dituduh telah memperkuat diri secara militer. Ieyasu juga memperingatkan kemungkinan Uesugi Kagekatsu bertujuan menyerang Kyoto sekaligus meminta Kagekatsu untuk datang ke Kyoto untuk menjelaskan duduk persoalan.
Penasehat Kagekatsu yang bernama Naoe Kanetsugu menolak tuduhan Ieyasu, tapi pasukan pemerintah Toyotomi mulai menyerang posisi Kagekatsu. Tokugawa Ieyasu yang ditunjuk sebagai panglima gabungan memimpin pasukan para daimyo yang loyal terhadap Toyotomi untuk menuju ke wilayah kekuasaan Uesugi di Aizu.
Sepeninggal Ieyasu yang berangkat ke Aizu, Ishida Mitsunari yang selesai dikenakan tahanan rumah kembali berkelompok dengan Ōtani Yoshitsugu, anggota dewan pelaksana administrasi Mashida Nagamori dan Ankokuji Ekei. Kelompok Mitsunari mendapat dukungan militer dari pasukan Mōri Terumoto yang bersama-sama membentuk Pasukan Barat. Kelompok Mitsunari berencana untuk menyandera istri dan anak-anak para daimyo pengikut Ieyasu sebelum mengangkat senjata melawan pasukan Ieyasu.
Ieyasu menyadari pergerakan militer Mitsunari sewaktu berada di Oyama (provinsi Shimotsuke) berdasarkan laporan pengikutnya yang bernama Torii Mototada yang tinggal di Istana Fushimi. Ieyasu yang sedang dalam perjalanan untuk menaklukkan Uesugi Kagekatsu di Aizu segera membatalkan rencana menyerang Kagekatsu. Ieyasu lalu mengadakan pertemuan dengan para daimyo pengikutnya mengenai strategi menghadapi Ishida Mitsunari. Pertemuan ini dikenal sebagai Perundingan Oyama. Daimyo seperti Sanada Masayuki dan Tamaru Tadamasa melepaskan diri dari pasukan Ieyasu, tapi sebagian besar daimyo ternyata memutuskan untuk terus mendukung Ieyasu. Pasukan Ieyasu kemudian menuju ke arah barat untuk kembali ke Kyoto.
Penjelasan lain mengatakan penaklukkan Uesugi Kagekatsu semata-mata digunakan Tokugawa Ieyasu sebagai alasan untuk dapat bentrok dengan pasukan Mitsunari. Daerah Kinai sengaja dibiarkan tidak terjaga untuk mengundang pergerakan pasukan Mitsunari. Istana Fushimi sengaja ditinggalkan pasukan Ieyasu dan hanya dijaga pasukan Torii Mototada untuk memancing penyerangan dari pasukan Mitsunari.
Pihak yang saling berhadapan dalam Pertempuran Sekigahara tidak bisa dengan mudah dibagi dua menjadi Pasukan Timur yang terdiri dari pasukan Tokugawa dan Pasukan Barat adalah pasukan Toyotomi. Ada pendapat yang mengatakan Pasukan Timur justru terdiri dari pasukan reguler di bawah pemerintah Toyotomi, sedangkan Pasukan Barat justru merupakan pasukan pemberontak. Keberadaan Pasukan Barat hampir-hampir tidak diketahui oleh tokoh-tokoh penting dalam pemerintahan Hideyori. Beberapa pejabat tinggi yang tidak setuju dengan pergerakan Pasukan Barat juga mengambil sikap pura-pura tidak tahu.
[sunting] Sebelum Sekigahara
[sunting] Bentrokan bersenjata
Pada tanggal 2 Juli 1600, Ishida Mitsunari membujuk Ōtani Yoshitsugu yang bermaksud untuk bergabung dengan pasukan Ieyasu agar justru bergabung dengan kelompok Mitsunari untuk menggulingkan pemerintahan Ieyasu.
Pada hari berikutnya (12 Juli), Ishida Mitsunari, Mashita Nagamori dan Ankokuji Ekei mengadakan pertemuan rahasia di Istana Sawayama. Dalam pertemuan antara lain disepakati permohonan untuk menunjuk Mōri Terumoto sebagai panglima tertinggi Pasukan Barat. Pada hari yang sama, Ishida Mitsunari dan kelompoknya menyiapkan pos-pos pemeriksaan di dekat sungai Aichi untuk menghentikan pasukan yang bermaksud bergabung dengan Pasukan Timur. Gerakan pasukan Chōsokabe Morichika dan Nabeshima Katsushige menjadi terhenti sehingga akhirnya tidak jadi bergabung dengan Pasukan Timur.
Pada tanggal 17 Juli, Mitsunari menyatakan perang terhadap Ieyasu dengan mengepung Istana Fushimi yang dijaga pengikut Ieyasu bernama Torii Mototada. Mitsunari mengeluarkan peringatan kepada Mototada agar menyerah. Mototada menolak pemintaan Mitsunari sehingga mulai diserang pada tanggal 19 Juli. Istana Fushimi digempur oleh pasukan Ukita Hideie dan Shimazu Yoshihiro. Pasukan yang dipimpin Mototada bertempur dengan sengit sebelum menyerah pada tanggal 1 Agustus.
Selanjutnya, basis-basis kekuatan militer Tokugawa seperti Istana Tanabe di provinsi Tango, Istana Anotsu dan Istana Matsusaka di provinsi Ise, secara berturut-turut semuanya berhasil direbut pasukan Mitsunari di bulan Agustus 1600. Mitsunari yang berniat menyerang provinsi Mino memindahkan markas pasukannya dari Istana Sawayama ke Istana Ōgaki pada tanggal 10 Agustus.
Sementara itu, Pasukan Timur terus maju ke arah barat melalui jalur Tōkaido tanpa dipimpin Tokugawa Ieyasu yang sedang berada di Edo. Fukushima Masanori dan Ikeda Terumasa yang berada di garis depan pimpinan Pasukan Timur berhasil menaklukkan Istana Gifu yang dikuasai Oda Hidenobu (Sanbōshi) pada tanggal 23 Agustus. Ieyasu sedang berada di Edo mengirimkan surat kepada para daimyo. Ieyasu memanfaatkan Tōdō Takatora dan Kuroda Nagamasa untuk membujuk daimyo yang setia pada Toyotomi agar tidak bergabung dengan Pasukan Barat. Setelah mengetahui jatuhnya Istana Gifu, Ieyasu dengan segan memimpin sekitar 30.000 prajurit melalui jalur Tōkaido menuju Osaka.
Putra ketiga Ieyasu yang bernama Tokugawa Hidetada diserahi tugas memimpin pasukan utama Tokugawa yang terdiri dari 38.000 prajurit. Hidetada sedang membawa pasukan melewati jalur Nakasendō berusaha menaklukkan Istana Ueda yang dipertahankan oleh Sanada Masayuki tapi gagal. Pasukan Hidetada yang mendapat perlawanan dari pasukan Masayuki terlambat sampai ke Pertempuran Sekigahara. Akibat datang terlambat di Sakigahara, Tokugawa Hidetada menerima hukuman dari Ieyasu. Hidetada harus menunggu tiga hari sebelum bisa menghadap Ieyasu.
Para bawahan Tokugawa Hidetada seperti daimyo wilayah han Ōgo bernama Makino Yasunari dihukum kurungan karena dituduh bertanggung jawab atas keterlambatan pasukan Tokugawa dan baru dilepas beberapa tahun kemudian.
Ada banyak kecurigaan sehubungan dengan keputusan Tokugawa Hidetada menggunakan pasukan inti Tokugawa untuk menyerang Sanada Masayuki. Daimyo kecil seperti Sanada Masayuki sebetulnya tidak perlu diserang apalagi penyerangan dilakukan persis sebelum terjadinya pertempuran besar. Walaupun tidak sedang dipimpin sendiri oleh Ieyasu, pasukan inti Tokugawa memerlukan waktu terlalu lama untuk menghadapi Sanada Masayuki yang hanya memiliki sedikit prajurit. Pendapat lain yang dapat dipercaya mengatakan Ieyasu menggunakan strategi tidak menurunkan pasukan inti dalam Pertempuran Sekigahara agar pasukan yang dimilikinya tetap utuh agar bisa digunakan di kemudian hari.
Pendapat lain juga mempertanyakan sebab pasukan Hidetada terlambat datang. Pada awalnya, Hidetada menerima perintah dari Ieyasu untuk menaklukkan Istana Ueda di provinsi Shinshu. Perintah menyerang Shinshu dibatalkan oleh Ieyasu setelah mendengar berita jatuhnya Istana Gifu. Tokugawa Ieyasu mengeluarkan perintah yang baru kepada Hidetada agar memimpin pasukan menuju provinsi Mino pada tanggal 29 Agustus tapi pada waktu itu sungai Tonegawa sedang banjir sehingga perjalanan kurir yang membawa pesan dari Ieyasu menjadi terhambat. Kurir dari Tokugawa Ieyasu baru sampai tanggal 9 September, sehingga keterlambatan Hidetada tidak dianggap sebagai kesalahan berat oleh Ieyasu.
Tokugawa Ieyasu juga baru bergabung lokasi berkumpulnya Pasukan Timur di Akasaka, Gunung Oka pada malam sebelum pertempuran (14 September 1600).
Pengikut Ishida Mitsunari yang bernama Shima Sakon mengusulkan agar sebagian pasukan Mitsunari mengambil posisi di sekitar tempat mengalirnya sungai Kuise di Akasaka untuk memancing Pasukan Timur dan menghabisinya. Peristiwa ini disebut Pertempuran Sungai Kuise.
Ishida Mitsunari dan pimpinan Pasukan Barat terpancing keluar menuju Sekigahara ketika sedang mempertahankan Istana Ōgaki akibat desas-desus yang disebarluaskan Ieyasu "Lupakan Istana Ōgaki, taklukkan Istana Sawayama, maju ke Osaka." Ada perbedaan pendapat tentang kebenaran Ieyasu perlu menyebar desas-desus untuk memancing keluar Ishida Mitsunari dan kelompoknya karena pertahanan Istana Ōgaki dikabarkan tidak terlalu kuat.
[sunting] Pihak yang bertikai dalam Pertempuran Sekigahara
( S Mengirimkan pasukan ke Sekigahara, ×T Membelot dari Pasukan Barat ke Pasukan Timur)
Pasukan Timur
Komandan militer
Kokudaka
Pasukan Barat
Komandan militer
Kokudaka
Tokugawa Ieyasu
2.550.000 S
Mōri Terumoto
1.205.000
Maeda Toshinaga
830.000
Uesugi Kagekatsu
1.200.000
Date Masamune
580.000
Ukita Hideie
570.000 S
Katō Kiyomasa
245.000
Shimazu Yoshihiro
560.000 S
Fukushima Masanori
200.000 S
Kobayakawa Hideaki
357.000 ×T
Hosokawa Tadaoki
180.000 S
Ishida Mitsunari
194.000 S
Asano Kichinaga
160.000 S
Konishi Yukinaga
200.000 S
Ikeda Terumasa
152.000 S
Mashita Nagamori
200.000
Koroda Nagamasa
180.000 S
Ogawa Suketada
70.000 ×T
Katō Yoshiakira
100.000 S
Ōtani Yoshitsugu
50.000 S
Tanaka Yoshimasa
100.000 S
Wakisaka Yasuharu
33.000 ×T
Tōdō Takatora
80.000 S
Ankokuji Ekei
60.000 S
Mogami Yoshiaki
240.000
Satake Yoshinobu
544.000
Yamauchi Kazutoyo
69.000 S
Oda Hidenobu
135.000
Hachisuka Yoshishige
177.000
Chōsokabe Morichika
220.000 S
Honda Tadakatsu
100.000 S
Kutsuki Mototsuna
10.000 ×T
Terazawa Hirotaka
80.000 S
Akaza Naoyasu
20.000 ×T
Ikoma Kazumasa
150.000 S
Kikkawa Hiroie
142.000 ×T
Ii Naomasa
120.000 S
Natsuka Masaie
50.000
Matsudaira Tadayoshi
100.000 S
Mōri Hidemoto
200.000 S
Tsutsui Sadatsugu
200.000 S
Toda Katsushige
10.000 S
[sunting] Formasi pasukan
Posisi pasukan pada pertempuran Sekigahara.
Pada tanggal 15 September 1600, kedua belah pihak Pasukan Barat dan Pasukan Timur saling berhadapan di Sekigahara. Menurut buku "Sejarah Jepang" yang disusun oleh markas besar Angkatan Darat Jepang, kubu Pasukan Timur tediri dari 74.000 prajurit dan kubu Pasukan Barat terdiri dari 82.000 prajurit. Di lembah sempit Sekigahara berkumpul pasukan dengan total lebih dari 150.000 prajurit.
Penasehat militer dari Jerman bernama Klemens Wilhelm Jacob Meckel yang didatangkan pemerintah Jepang zaman Meiji mengatakan Pertempuran Sekigahara pasti dimenangkan oleh Pasukan Barat setelah melihat peta formasi pasukan di Sekigahara. Pasukan Timur dalam keadaan terkepung dan kemenangan Pasukan Barat sudah di depan mata jika melihat posisi pasukan Mitsunari di gunung Sasao, pasukan Ukita Hideie di gunung Temma, pasukan Kobayakawa Hideaki di gunung Matsuo, dan garis pertahanan pasukan Mōri Hidemoto di gunung Nangū.
Sekigahara sejak pagi diselimuti kabut tebal. Kelompok pasukan yang ada di samping kiri dan samping kanan tidak bisa kelihatan. Fukushima Masanori yang ditunjuk Ieyasu sebagai pimpinan garis depan tidak bisa memutuskan saat tepat melakukan tembakan pertama untuk memulai pertempuran. Masanori tidak bisa melihat situasi karena tebalnya kabut.
[sunting] Pertempuran dimulai
Kedua belah pihak saling diam berhadapan di tengah kabut tebal. Pada saat kabut menipis, Ii Naomasa dan pasukan kecil pimpinan Matsudaira Tadayoshi yang berada di samping pasukan Fukushima bermaksud lewat menerobos. Fukushima Masanori yang sudah dijanjikan Ieyasu untuk memimpin penyerangan Pasukan Timur di bagian paling depan menjadi terkejut. Masanori memanggil pasukan yang mencoba menerobos agar berhenti, tapi dijawab "Mau lihat situasi" sambil langsung maju ke depan. Pasukan kecil yang dipimpin Tadayoshi secara tiba-tiba menembak ke arah gugus pasukan Ukita Hideie yang merupakan kekuatan utama Pasukan Barat. Tembakan yang dilepaskan Matsudaira Tadayoshi menandai dimulainya Pertempuran Sekigahara.
Pasukan Ukita yang dijadikan sasaran juga langsung balas menembak. Sekigahara menjadi medan pertempuran sengit. Pasukan Fukushima yang terdiri dari 6.000 prajurit dan pasukan Ukita yang terdiri dari 17.000 prajurit saling desak dan saling bunuh tanpa bisa maju selangkah pun juga.
Pasukan Kuroda Nagamasa yang terdiri dari 5.400 prajurit dan pasukan Hosokawa Tadaoki yang terdiri dari 5.100 pasukan secara bersama-sama mengincar pasukan Ishida Mitsunari dan membuka serangan. Pasukan Shima Sakon dan Gamō Satoie yang berada di pihak Ishida Mitsunari juga bertarung dengan gagah berani, musuh yang menyerang pasti dipukul mundur. Ōta Gyūichi yang mengalami sendiri pertempuran sengit Sekigahara menulis sebagai berikut: "Kawan dan lawan saling dorong, suara teriakan ditengah letusan senapan dan tembakan panah, langit bergemuruh, tanah tempat berpijak berguncang-guncang, asap hitam membubung, siang bolong pun menjadi gelap seperti malam, tidak bisa membedakan kawan atau lawan, pelat pelindung leher (pada baju besi) menjadi miring, pedang ditebas ke sana kemari."
Ketika pertempuran sudah berlangsung lebih dari 2 jam, Ishida Mitsunari membuat isyarat asap untuk memanggil gugus pasukan yang belum juga turut bertempur. Mistunari mengirim kurir untuk mengajak pasukan Shimazu untuk ikut bertempur, tapi Shimazu menolak untuk bertempur. Mōri Terumoto juga tidak bisa ikut bertempur akibat dihalangi di jalan oleh Kikkawa Hiroie. Ieyasu sebelumnya sudah melakukan perundingan rahasia dengan Hiroie yang dijanjikan untuk memperoleh wilayah kekuasaan klan Mōri.
[sunting] Pembelotan Kobayakawa Hideaki
Kobayakawa Hideaki yang berada di pihak Pasukan Barat sudah diam-diam bersekongkol dengan Ieyasu, tapi sampai lepas tengah hari masih bersikap ragu-ragu dan pasukan Hideaki cuma diam saja. Tokugawa Ieyasu menjadi hilang kesabaran dan memerintahkan pasukannya untuk menembak ke posisi pasukan Hideaki di gunung Matsuo. Kobayakawa Hideaki yang masih ragu-ragu akhirnya memutuskan untuk turun gunung dan bertempur untuk pihak Ieyasu.
Pasukan Kobayakawa Hideaki menggempur sayap kanan gugusan pasukan Ōtani Yoshitsugu. Walaupun sudah bersekongkol dengan Ieyasu, Wakisaka Yasuharu, Ogawa Suketada, Akaza Naoyasu dan Kutsuki Mototsuna yang masih menunggu situasi jalannya pertempuran, akhirnya membelot ke kubu Pasukan Timur. Akibat aksi pembelotan demi pembelotan ke kubu Pasukan Timur, hasil akhir pertempuran Sekigahara yang seharusnya dimenangkan Pasukan Barat berubah dimenangkan Pasukan Timur.
[sunting] Pasukan Barat tercerai-berai
Di tengah keadaan Pasukan Barat yang mulai tercerai-berai, pasukan yang dipimpin Shimazu Yoshihiro berusaha mundur dengan memotong garis depan menerobos pasukan Ieyasu sambil terus menerus melepaskan tembakan ke arah gugus tempur Ieyasu. Pasukan Fukushima menjadi ketakutan melihat kenekatan pasukan Shimazu yang mundur memotong garis depan. Ii Naomasa dan Matsudaira Tadayoshi berusaha mengejar pasukan Shimazu, tapi malah tertembak dan luka-luka. Kuda yang sedang ditunggangi Honda Tadakatsu tertembak sehingga Tadakatsu jatuh dan menderita luka-luka.
Pada akhirnya, pasukan Shimazu berhasil mundur walaupun menderita korban tewas seperti Shimazu Toyohisa dan Ata Moriatsu dan pasukan yang tersisa jumlahnya tinggal sekitar 80 prajurit. Shimazu Yoshihiro bisa lolos berkat penyamaran Ata Moriatsu yang mengenakan mantel tempur (jinbaori) milik Yoshihiro yang dihadiahkan oleh Toyotomi Hideyoshi. Moriatsu bertempur mati-matian dengan lawan yang menyangkanya sebagai Shimazu Yoshihiro, hingga sadar pasti tewas dan melakukan seppuku. Gugus tempur Pasukan Barat yang lain juga berhasil dihancurkan atau lari tercerai-berai.
[sunting] Pertempuran di daerah-daerah
Pertempuran Sekigahara tidak hanya terbatas di provinsi Mino, melainkan juga meluas ke daerah-daerah lain. Sebelum dan sesudah Sekigahara, di berbagai daerah di seluruh Jepang seperti di Tohoku, Hokuriku, Kinai, Kyushu terjadi bentrokan bersenjata yang dapat disebut perang proxy antara daimyo pendukung Pasukan Timur dan daimyo pendukung Pasukan Barat.
[sunting] Daerah Tohoku
Ada cerita yang didasarkan bukti kuat bahwa penghancuran klan Uesugi akibat dijelek-jelekkan oleh Hori Hideharu yang berada di pihak Pasukan Timur, tapi dokumen yang ditemukan belakangan ini justru membuktikan bahwa Hideharu berada di pihak Pasukan Barat.
Dalam mengawasi pergerakan pasukan Ishida Mitsunari, Ieyasu mengeluarkan perintah untuk kepada Yūki Hideyasu sebagai kekuatan utama dalam mengawasi Uesugi Kagekatsu, dibantu oleh para daimyo yang mempunyai wilayah yang bertetangga dengan wilayah Kagekatsu seperti Mogami Yoshiaki, Hori Hideharu dan Date Masamune.
Mogami Yoshiaki yang ingin wilayah yang dekat dengan laut melihat kesempatan emas untuk merebut wilayah kekuasaan Uesugi menyusun rencana penyerangan bekerja sama dengan Date Masamune. Pengikut setia klan Uesugi seperti Naoe Kanetsugu yang mendengar rencana ini mengambil keputusan untuk menyerang lebih dulu daripada diserang. Pada tanggal 9 September 1600, kekuatan Naoe Kanetsugu yang datang dari arah Yonezawa berhasil mendesak masuk ke dalam wilayah Mogami dan beberapa hari kemudian berhasil mengepung Istana Yamagata yang merupakan tempat kediaman Mogami Yoshiaki.
Setelah kemenangan Tokugawa Ieyasu dalam Sekigahara, Date Masamune yang berada di bawah Pasukan Timur mendapat tambahan wilayah sebanyak 7 distrik yang bernilai 1.000.000 koku. Ieyasu memang menjanjikan 1.000.000 koku bagi daimyo yang mau berpihak kepadanya dalam Sekigahara. Istana Shiraishi yang merupakan wilayah kekuasaan Uesugi kemudian juga diserang dan dikuasai oleh pasukan Date Masamune.
Mogami Yoshiaki yang panik akibat serangan mendadak dari pasukan Uesugi segera meminta bantuan pasukan kepada Date Masamune. Di kalangan pengikut Date Masamune seperti Katakura Kagetsuna berpendapat pasukan Uesugi yang sudah kelelahan bertempur dengan pasukan Mogami dapat ditaklukkan dengan mudah dan wilayah Yamagata dapat dikuasai tanpa bersusah payah.
Date Masamune perlu menolong klan Mogami karena kehancuran klan Mogami akan membuat Uesugi Kagekatsu menjadi ancaman langsung bagi Masamune. Pada tanggal 17 September 1600 Date Masamune menunjuk panglima tertinggi Rusu Masakage untuk menyerang pasukan Naoe Kanetsugu. Ada juga pendapat yang mengatakan Date Masamune kuatir dengan nasib ibunya yang berada di Istana Yamagata disandera oleh Mogami Yoshiaki.
Berkat pasukan tambahan dari Masamune, pasukan pengikut Sakenobe Hidetsuna yang berada di pihak Mogami bertempur gagah berani melawan pasukan Naoe Kanetsugu. Pertempuran menjadi berlangsung seimbang. Istana Hasedō yang dipertahankan Shimura Mitsuyasu hanya dengan sedikit prajurit ternyata tidak bisa juga ditaklukkan oleh Kanetsugu. Setelah hasil Pertempuran Sekigahara diketahui oleh kubu kedua belah pihak pada tanggal 29 September, pertempuran secara cepat dimenangkan pasukan Mogami Yoshiaki.
Naoe Kanetsugu segera memerintahkan pasukannya untuk mundur dengan Maeda Toshimasu berada di bagian paling belakang. Mogami Yoshiaki segera memerintahkan pasukannya untuk mengejar sekaligus memimpin sendiri penyerangan besar-besaran. Pengejaran ini berubah menjadi pertempuran yang kacau balau, topi baja yang dikenakan Mogami Yoshiaki sempat tertembak dan harus bersusah payah melarikan diri sementara pasukan Mogami Yoshiyasu (putra Yoshiaki) terus melakukan pengejaran. Pada tanggal 4 Oktober, pasukan Kanetsugu berhasil kembali dengan selamat di Istana Yonezawa.
[sunting] Daerah Hokuriku
Maeda Toshinaga yang merasa harus mendukung penyerangan terhadap Uesugi Kanetsugi berangkat dari Kanazawa pada tanggal 26 Juli 1600. Memasuki bulan Agustus, Yamaguchi Munenaga yang bertahan di dalam Istana Daishōji berhasil dikepung oleh pasukan Maeda Toshinaga dan jatuh pada tanggal 3 Agustus. Istana Kitanojō yang dijaga Aoki Kazunori juga sudah berhasil dikepung, tapi akhirnya pasukan Toshinaga terpaksa mundur dengan tergesa-gesa akibat kabar bohong tentang pasukan Ōtani Yoshitsugu yang datang menyerang dari belakang. Kabar bohong ini konon disebarkan sendiri oleh Yoshitsugu.
Di tengah jalan, Maeda Toshinaga membagi pasukannya menjadi dua. Setengah dari pasukannya dikirim untuk menyerang Niwa Nagashige yang bertahan di dalam Istana Komatsu. Pada tanggal 9 Agustus 1600, pasukan Nagashige yang sebelumnya sudah tercerai berai akibat serangan mendadak kembali dihantam oleh pasukan inti Toshinaga sehingga korban jatuh dalam jumlah besar di pihak Nagashige. Niwa Nagashige akhirnya menawarkan perdamaian dan menyerahkan Istana Komatsu. Toshinaga yang berhasil pulang ke Kanazawa segera menyusun kembali pasukannya dengan tergesa-gesa dan baru berhasil berangkat dari Kanazawa pada tanggal 12 September 1600 sehingga pada akhirnya tidak berhasil sampai di Sekigahara.
[sunting] Daerah Kinai
Istana Ōtsu
Kyōgoku Takatsugu yang berada di kubu Pasukan Timur tidak berhasil mempertahankan Istana Ōtsu dan diasingkan sebagai pendeta di kuil Onjōji, Gunung Kōya.
Istana Tanabe
Hosokawa Tadaoki ketika sedang pergi berperang menitipkan Istana Tanabe di provinsi Tango kepada Hosokawa Yūsai yang hanya ditemani 500 prajurit. Pasukan Barat yang dipimpin panglima tertinggi Onogi Shigekatsu (penguasa Istana Fukuchiyama) mengepung Istana Tanabe dengan lebih dari 15.000 prajurit dari pasangan bapak dan anak Koide Yoshimasa-Koide Hidemasa dan Akamatsu Hirohide. Pertempuran berlangsung seimbang tapi tidak berlangsung habis-habisan karena beberapa orang komandan kubu Pasukan Barat seperti Tani Morimoto pernah berguru kepada Hosokawa Yūsai yang dikenal ahli dalam seni menulis Kadō.
Keadaan pertempuran kemudian tidak lagi menguntungkan pihak Pasukan Timur, sehingga satu-satunya pilihan Hosokawa Yūsai adalah gugur secara terhormat daripada ditaklukkan musuh. Buku berisi ilmu rahasia seni menulis Kadō yang disebut Kokindenju sudah diputuskan untuk diwariskan semuanya kepada murid yang bernama Hachijōnomiya Toshihitoshinnō. Kabar ini diteruskan oleh Hachijonomiya kepada Kaisar Goyōzei yang merasa takut akan kehilangan Hosokawa Yūsai. Kaisar mengeluarkan perintah kepada pihak Pasukan Barat agar menghentikan penyerangan ke Istana Tanabe. Pasukan Barat tidak mau menghentikan penyerangan begitu saja, lagipula Yūsai juga menolak untuk menyerahkan Istana Tanabe. Pada tanggal 12 September 1600, kaisar mengirim tiga orang utusan pribadi yang bernama Nakanoin Michikatsu, Karasuma Mitsuhiro dan Sanjūnishi Sanuki ke Istana Tanabe. Hosokawa Yūsai akhirnya menerima usulan damai dan menyerahkan Istana Tanabe kepada Onogi Shigekatsu pada tanggal 18 September 1600.
Sehabis mengusir Hosokawa Yūsai dari Istana Tanabe, Onogi Shigekatsu mendengar kabar kekalahan Pasukan Barat di Sekigahara. Shigekatsu segera pulang melarikan diri ke Istana Fukuchiyama. Tidak lama kemudian Istana Fukuchiyama dikepung oleh pasukan Hosokawa Tadaoki yang baru saja menang perang dan pasukan Tani Morimoto yang membelot ke kubu Pasukan Timur. Shigekatsu memohon agar nyawanya diampuni, tapi akhirnya terpaksa melakukan bunuh diri pada tanggal 18 November 1600.
[sunting] Kyushu
Kuroda Josui, Katō Kiyomasa, Nabeshima Naoshige sedang berada di wilayah kekuasaannya masing-masing di Kyushu. Kiyomasa dan Noshige pada awalnya mempertahankan sikap netral, sedangkan Josui berusaha keras membantu Pasukan Timur dengan tanpa ragu-ragu menyumbangkan semua uang dan perbekalan yang disimpan di Istana Nakatsu. Berkat semua yang yang dimilikinya, Kuroda Josui dengan cepat berhasil membentuk pasukan yang terdiri lebih dari 3.500 ronin.
Sementara itu, Ōtomo Yoshimune dari kubu Pasukan Barat ingin lebih memanaskan pertentangan antara kubu Timur-Barat. Yoshimune yang menerima dukungan dari Mōri Terumoto berencana untuk merebut kembali provinsi Bungo. Pada tanggal 9 September 1600, Ōtomo Yoshimune menjejakkan kaki di provinsi Bungo yang baru pertama kali dilakukannya sejak diasingkan. Yoshimune yang mengumpulkan bekas pengikutnya menantang pasukan Kuroda Josui untuk bertempur di Ishigakihara (sekarang kota Beppu).
Pada tanggal 13 September 1600, kedua belah pihak terlibat bentrokan bersenjata. Kubu pihak Yoshimune akhirnya menyerah kepada kubu Josui akibat terbunuhnya jenderal dari pihak Yoshimune. Pada tanggal 15 September 1600, Ōtomo Yoshimune memutuskan untuk menjadi biksu setelah menyerahkan diri kepada pasukan yang dipimpin Mori Tomonobu yang bertempur untuk kubu pasukan Josui. Katō Kiyomasa yang ketika mendengar berita kemenangan pasukan Josui sedang memimpin bala bantuan untuk Josui dari Kumamoto segera berbalik arah menyerang wilayah kekuasaan Konishi Yukinaga.
Pasukan Josui terus menyerang dan berturut-turut menaklukkan istana yang terdapat di Kita Kyushu. Katō Kiyomasa bersama Nabeshima Naoshige kemudian mengepung Istana Yanagawa dan berhasil memaksa Tachibana Muneshige untuk menyerah. Pada waktu itu, Tachibana Muneshige sedang bertahan di dalam Istana Yanagawa setelah terlambat datang di pertempuran Sekigahara. Pasukan gabungan yang dipimpin Josui kemudian merencanakan untuk menyerang provinsi Shimazu. Shimazu Ryūhaku yang ditinggal untuk menjaga wilayah milik Konishi Yukinaga menjadi panik atas ancaman pasukan gabungan yang dipimpin Josui. Ryūhaku mengirim pasukannya untuk memperkuat Kyushu dengan menjadi semakin tegang menanti serangan dari pasukan gabungan Josui. Penyerangan ke Shimazu yang sudah di depan mata akhirnya dibatalkan setelah ada perintah untuk menghentikan peperangan dari Tokugawa Ieyasu.
[sunting] Daerah-daerah lain
Kanto
Satake Yoshinobu menjadi ragu-ragu dalam menentukan pihak yang perlu didukung. Yoshinobu sendiri merupakan sahabat dari Ishida Mitsunari, tapi ayahnya yang bernama Satake Yoshishie menyuruhnya untuk mendukung Pasukan Timur. Pengikut Yoshinobu seperti Tagaya Shigetsune, Yamakawa Asanobu yang memiliki sedikit pasukan, Sōma Yoshitane semuanya mendukung Uesugi Kagekatsu (kubu Pasukan Barat)
Ise
Istana pihak Pasukan Barat yang ada di Ise seperti Istana Anotsu tidak luput dari serangan pasukan Mōri Terumoto yang sedang dalam perjalanan menuju Sekigahara. Penguasa Istana Anotsu yang bernama Tomita Nobutaka menjadi biksu setelah menyerah. Furuta Shigekatsu yang menguasai Istana Matsusaka berhasil mengulur waktu dengan menawarkan perjanjian damai sehingga tidak perlu menyerahkan istana.
[sunting] Penyelesaian pasca Sekigahara
Lokasi pertempuran Sekigahara sekarang.
Seusai Pertempuran Sekigahara, Ishida Mitsunari tertangkap oleh pasukan Tanaka Yoshimasa pada tanggal 21 September 1600, sedangkan Konishi Yukinaga tertangkap tanggal 19 September dan Ankokuji Ekei tertangkap tanggal 23 September tahun yang sama. Para tawanan kemudian diarak berkeliling kota di Osaka dan Sakai sebelum dieksekusi di tempat bernama Rokujōgawara yang terletak di pinggir sungai Kamo, Kyoto.
Ukita Hideie yang setelah Pertempuran Sekigahara melarikan diri ke provinsi Satsuma berhasil ditangkap oleh Shimazu Tadatsune di akhir tahun 1603. Hideie kemudian diserahkan kepada Tokugawa Ieyasu. Tadatsune dan Maeda Toshinaga yang merupakan kakak dari istri Hideie (Putri Gō) meminta pengampunan atas nyawa Hideie dan dikabulkan oleh Ieyasu. Hukuman mati Ukita Hideie dikurangi menjadi hukuman buang ke pulau Hachijōjima setelah menjalani hukuman kurungan di gunung Kuno, provinsi Suruga.
Nastuka Masaie melarikan diri ke tempat tinggalnya di Istana Minakuchi provinsi Ōmi tapi berhasil dikejar oleh pasukan Ikeda Terumasa yang bertempur untuk kubu Pasukan Timur. Masaie melakukan bunuh diri pada tanggal 3 Oktober 1600. Ōtani Yoshitsugu melakukan bunuh diri sewaktu mempertahankan diri dari serangan Kobayakawa Hideaki yang membelot ke kubu Pasukan Timur.
Hukuman untuk Shimazu Yoshihiro tidak juga kunjung berhasil diputuskan. Pada bulan April 1602, Tokugawa Ieyasu memutuskan wilayah kekuasaan Yoshihiro diberikan kepada kakaknya yang bernama Shimazu Yoshihisa karena menurut Ieyasu, "Tindakan Yoshihiro bukanlah (tindakan yang) dapat diterima majikan." Hak Yoshihiro sebagai pewaris klan juga dicabut dan putranya yang bernama Shimazu Tadatsune ditunjuk sebagai penggantinya.
Mōri Terumoto dinyatakan bersalah karena sebagai panglima tertinggi mengeluarkan berbagai petunjuk untuk mempertahankan Istana Osaka. Wilayah kekuasaan Terumoto dikurangi hingga tinggal menjadi dua provinsi, yakni provinsi Suō dan provinsi Nagato. Pada mulanya, Tokugawa Ieyasu menjanjikan seluruh wilayah klan Mōri untuk Kikkawa Hiroie, tapi kemudian janji ini diubah secara sepihak oleh Ieyasu. Kikkawa Hiroie hanya akan diberi dua provinsi milik klan Mōri yang tersisa (Suō dan Nagato) sehingga pemberian Ieyasu ditolak oleh Hiroie dan kedua provinsi ini tetap menjadi milik klan Mōri.
Hak atas semua wilayah kekuasaan Tachibana Muneshige dan Maeda Toshinaga dicabut karena telah menimbulkan kerugian besar pada pasukan Niwa Nagashige. Muneshige dan Nagashige kemudian dipulihkan haknya sebagai daimyo lain berkat jasa baik Tokugawa Hidetada. Muneshige juga menerima kembali bekas wilayah kekuasaannya.
Chōsokabe Morichika mengaku bersalah sebagai pembunuh kakak kandungnya yang yang bernama Tsuno Chikatada akibat kesalah pahaman dan laporan bohong yang disampaikan pengikutnya. Tokugawa Ieyasu marah besar hingga merampas semua wilayah kekuasaan Chōsokabe Morichika.
Wilayah kekuasaan senilai 1.200.000 koku milik Uesugi Kagekatsu dari Aizu dikurangi menjadi hanya tinggal wilayah Yonezawa bekas kepunyaan Naoe Kanetsugu yang hanya bernilai 300.000 koku.
Satake Yoshinobu yang tadinya menguasai provinsi Hitachi yang bernilai 540.000 koku ditukar dengan provinsi Dewa yang hanya bernilai 180.000 koku.
Kobayakawa Hideaki berkhianat dari kubu Pasukan Barat dan membelot ke kubu Pasukan Timur ditukar wilayah kekuasaannya dari provinsi Chikuzen yang cuma bernilai 360.000 koku menjadi provinsi Bizen yang bernilai 570.000 koku. Pada tahun 1602, Kobayakawa Hideaki yang masih berusia 21 tahun meninggal karena sakit gila, tanpa ada anak pewaris dan garis keturunannya putus begitu saja.
Wakisaka Yasuharu dan Kutsuki Mototsuna yang membelot ke kubu Pasukan Timur atas ajakan Kobayakawa Hideaki mendapat wilayah kekuasaan. Pembelotan Ogawa Suketada dan Akaza Naoyasu justru sia-sia karena wilayah kekuasaan dirampas oleh Ieyasu. Tokugawa Ieyasu tidak menghargai para pembelot dari kubu Pasukan Barat kecuali Hideaki, Yasuharu dan Mototsuna. Ogawa Suketada memang dikabarkan mempunyai sejarah pembelotan ke sana kemari, lagipula putra pewarisnya merupakan sahabat dekat Ishida Mitsunari. Selain itu, Akaza Naoyasu kabarnya takut mendengar bunyi tembakan. Ogawa Suketada tutup usia setahun sesudah Pertempuran Sekigahara, sedangkan Akaza Naoyasu menjadi pengikut Maeda Toshinaga sebelum mati tenggelam di provinsi Etchū pada tahun 1606.
Di pasca Pertempuran Sekigahara, Tokugawa Ieyasu menghadiahkan pada daimyo pendukung kubu Pasukan Timur dengan tambahan wilayah kekuasaan yang luas.
Hosokawa Tadaoki yang tadinya memiliki provinsi Tango (Miyazu) senilai 180.000 koku ditukar dengan provinsi Buzen (Okura) yang bernilai 400.000 koku.
Tanaka Yoshimasa yang tadinya memiliki provinsi Mikawa (Okazaki) senilai 100.000 koku ditukar dengan provinsi Chikugo (Yanagawa) yang bernilai 325.000 koku.
Kuroda Nagamasa yang tadinya memiliki provinsi Buzen (Nakatsu) senilai 180.000 koku ditukar dengan provinsi Chikuzen (Najima) yang bernilai 530.000 koku.
Katō Yoshiakira dipindahkan dari Masaki (provinsi Iyo) yang bernilai 100.000 koku ke Matsuyama yang terletak di provinsi yang sama tapi bernilai 200.000 koku.
Tōdō Takatora dipindahkan dari Itajima (provinsi Iyo) yang bernilai 80.000 koku ke Imabari yang terletak di provinsi yang sama tapi bernilai 200.000 koku.
Terazawa Hirotaka yang menguasai provinsi Hizen ditingkatkan penghasilannya dari 83.000 koku menjadi 123.000 koku.
Yamauchi Kazutoyo yang tadinya memiliki provinsi Tōtōmi (Kakegawa) senilai 70.000 koku ditukar dengan provinsi Tosa yang bernilai 240.000 koku.
Fukushima Masanori yang memiliki provinsi Owari (Kiyosu) senilai 200.000 koku ditukar dengan provinsi Aki dan Bingo (Hiroshima) yang bernilai 498.000 koku.
Ikoma Kazumasa yang menguasai provinsi Sanuki (Takamatsu) senilai 65.000 koku ditingkatkan penghasilannya menjadi 171.000 koku.
Ikeda Terumasa yang menguasai provinsi Mikawa (Yoshida) senilai 152.000 koku dipindahkan ke provinsi Harima (Himeji) yang bernilai 520.000 koku.
Asano Kichinaga yang menguasai provinsi Kai senilai 220.000 koku dipindahkan ke provinsi Kii (Wakayama) yang bernilai 376.000 koku.
Katō Kiyomasa yang menguasai provinsi Higo ditingkatkan penghasilannya dari 195.000 koku menjadi 515.000 koku.
Para daimyo yang bukan merupakan pengikut Tokugawa Ieyasu sebagian besar diusir ke provinsi-provinsi yang terdapat di sebelah barat Jepang.
Date Masamune yang berangkat dari Oshu untuk bergabung dengan kubu Pasukan Timur juga tidak ketinggalan menerima hadiah dari Ieyasu. Provinsi Mutsu (Iwadeyama) yang dimiliki Date Masamune ditingkatkan nilainya dari 570.000 koku menjadi 620.000 koku.
Mogami Yoshiaki yang memiliki provinsi Dewa (Yamagata) ditingkatkan penghasilannya dari 240.000 koku menjadi 570.000 koku.
Pasca Sekigahara, Nilai wilayah yang langsung berada di bawah kekuasaan Tokugawa Ieyasu bertambah drastis dari 2.500.000 koku menjadi 4.000.000 koku.
Wilayah kekuasaan klan Toyotomi yang sewaktu Toyotomi Hideyoshi masih berkuasa bernilai 2.220.000 koku berkurang secara drastis menjadi 650.000 koku. Pelabuhan ekspor-impor di kota Sakai dan Nagasaki yang membiayai klan Toyotomi dijadikan milik Tokugawa Ieyasu, sehingga posisi klan Tokugawa berada di atas klan Toyotomi.
Klan Shimazu dari Satsuma yang kalah dan menderita kerugian besar dalam Pertempuran Sekigahara dan klan Mōri dari Chōshū yang dirampas wilayah kekuasaannya menyimpan dendam kesumat terhadap Tokugawa Ieyasu. Klan Mōri dan klan Shimazu harus menunggu 250 tahun untuk dapat menumbangkan kekuasaan Keshogunan Edo yang dibangun Tokugawa Ieyasu.
[sunting] Film dan sinetron
Pertempuran Sekigahara masih jarang diangkat sebagai film atau sinetron, karena pertempuran hanya berlangsung singkat namun melibatkan banyak sekali pihak yang bertikai.
Aoi Tokugawa Sandai (Taiga drama tahun 2000, produksi NHK) bercerita tentang tiga generasi dinasti Tokugawa yang dibangun setelah Pertempuran Sekigahara.
Langganan:
Postingan (Atom)