Udon
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Langsung ke: navigasi, cari
Udon kuah sederhana (Su-udon atau Kakeudon)
Udon (うどん,饂飩 ?) adalah salah satu jenis mi yang sudah dikenal di Jepang sejak dulu, dibuat dari tepung terigu dan berbentuk tebal serta agak lebar.Definisi
Sesuai standar JAS, udon berbentuk bulat seperti pipa harus berdiameter di atas 1,7 mm, sedangkan udon berbentuk pipih harus memiliki lebar di atas 1,7 mm. Hiyamugi terlihat mirip dengan udon namun lebih langsing. Hiyamugi mempunyai diameter 1,2-1,7 mm dan ketebalan 1,0-2,0 mm. Selain disebut Hiyamugi, udon yang langsing juga disebut Hosoudon.
Tepung terigu berprotein sedang atau rendah diulen dengan air dan sedikit garam untuk membuat adonan udon. Setelah adonan dipotong-potong, udon bisa langsung direbus. Udon rebus biasanya dimakan bersama kuah yang dibuat dari dashi dengan tambahan kecap asin yang disebut tsuyu. Di Jepang bagian barat, kuah udon berwarna coklat muda hampir bening karena memakai kecap asin encer (usukuchi shōyu). Sedangkan di Jepang bagian timur, kuah udon berwarna gelap hampir hitam karena memakai kecap asin kental (koikuchi shōyu).
Di Jepang, udon merupakan makanan rakyat, berharga murah dan banyak dimakan sebagai pengganti nasi. Orang Jepang sejak dulu sudah akrab dengan udon dan sering dimakan beramai-ramai sewaktu ada keramaian atau perayaan. Variasi cara memasak dan jenis lauk yang digunakan berbeda-beda bergantung pada daerahnya di Jepang.
[sunting] Sejarah
Di zaman kuno, udon dilafalkan sebagai "undon". Konon orang Jepang mengenalnya di abad pertengahan sebagai makanan asal Tiongkok. Sampai sekarang, pangsit (wonton) dalam dialek Wu ditulis sebagai 餛飩 dan dibaca sebagai undon.
Dalam kitab Engishiki, "undon" diperkenalkan sebagai salah satu jenis makanan dari dinasti Tang. Tapi "undon" zaman itu mungkin lebih dekat dengan pangsit, karena berupa daging dibungkus lembaran tepung yang digilas tipis.
Udon yang dikenal sekarang ini dulunya disebut Kirimugi, dan baru disebut "udon" sejak zaman Edo. Pada waktu itu, "udon" adalah nama untuk sejenis masakan berupa kirimugi yang dimakan dengan kuah hangat, atau didinginkan dengan air es setelah direbus.
[sunting] Udon di berbagai daerah
Menurut pembagian yang dibuat orang awam, udon identik dengan Jepang bagian barat sedangkan soba identik dengan Jepang bagian timur. Pembagian model ini tidak sepenuhnya benar, banyak wilayah di Jepang bagian timur yang sekaligus mengenal soba dan udon.
Udon sudah dikenal luas penduduk Edo sejak zaman Edo. Di paruh pertama zaman Edo, soba berbentuk mi belum dikenal. Ketika orang masih menikmati tepung soba dalam bentuk Sobagaki, udon sudah merupakan mi yang populer. Tapi setelah dikenal mi dari soba yang kepopulerannya diangkat rumah makan khusus soba (sobaya), udon tidak lagi merupakan makanan populer di Edo.
Di Tokyo dan sekitarnya, rumah makan khusus udon memang tidak banyak dijumpai dibandingkan di daerah Kansai. Sebaliknya di daerah Kansai hampir sulit ditemui rumah makan khusus soba. Di dalam menu penjual udon di daerah Kansai biasanya juga tersedia soba. Selain itu, rumah makan yang menyediakan soba sering menyebut dirinya rumah makan udon.
Kepopuleran Sanuki udon di tahun 2000 sempat membuka peluang bagi ekspansi restoran udon model waralaba di wilayah Kanto. Sayangnya, sejak tahun 2004 minat orang terhadap Sanuki udon terlihat cenderung menurun. Di daerah asal Sanuki udon di Prefektur Kagawa, hanya ada sedikit penjual udon yang mau memasukkan soba ke dalam menu.
[sunting] Kuah
Kuah udon di daerah Kanto berbeda dengan kuah udon di daerah Kansai. Di daerah Kanto, kuah berwarna gelap dan terasa lebih asin. Sedangkan di daerah Kansai, kuah nyaris bening dan tidak asin.
Di daerah Kanto, kuah udon secara umum dibuat berdasarkan takaran untuk membuat kuah soba. Kuah udon ala Kanto dibuat dari campuran dashi dan kaeshi (mirin dan gula yang dimasak bersama kecap asin). Di daerah Kansai, kuah udon berupa dashi yang dibuat dari campuran berbagai bahan seperti: kombu, sababushi, katsuobushi, shiitake, dan niboshi yang sudah sedikit digongseng. Ditambah kecap asin encer yang warnanya tidak terlalu gelap, kuah udon yang dihasilkan berwarna hampir bening.
Kuah udon di daerah Kanto sering dianggap terlalu asin bagi orang Kansai, bahkan dari cuma melihatnya saja. Orang asal Kansai sering tidak mau makan udon ala Kanto yang kuahnya berwarna gelap hingga dasar mangkok menjadi tidak kelihatan. Asin atau tidak asin sebenarnya tidak bisa ditentukan dari warna kuah. Kecap asin kental yang digunakan di daerah Kanto hanya memiliki aroma dan warna yang lebih pekat. Sedangkan kadar garam yang dikandung kira-kira hampir sama dengan kecap asin encer di daerah Kansai.
Sebagai jalan tengah, rumah makan udon di daerah Kanto perlu menuliskan udon yang dijualnya sebagai ala Kansai atau ala Kanto. Prefektur Shiga, Prefektur Gifu, Prefektur Aichi, dan Prefektur Shizuoka sering dipakai orang sebagai garis batas yang memisahkan udon ala Kansai dan udon ala Kanto. Di tempat-tempat tersebut bisa ditemui udon dalam dua versi.
Pembagian udon ala Kanto dan ala Kansai bisa juga ditemui di kios-kios penjual mi soba yang ada di dalam stasiun JR sepanjang jalur utama Tokaido. Kuah yang digunakan penjual soba di stasiun kereta api JR mulai dari stasiun Sekigahara ke arah timur, seperti Nagoya dan Gifu adalah kuah kental ala Kanto. Sebaliknya, penjual soba dari stasiun Sekigahara ke arah barat semuanya menggunakan kuah encer ala Kansai.
[sunting] Jenis-jenis udon
[sunting] Berdasarkan bentuk
Udon tebal (futo udon)
Udon tipis (hoso udon)
Udon kecil-kecil (himokawa udon)
[sunting] Berdasarkan cara pembuatan
Teuchi (udon buatan tangan)
Adonan udon digilas tipis dan dipotong memakai pisau secara manual. Disebut juga Teuchi Udon, dan banyak ditawarkan rumah makan udon kelas menengah hingga kelas atas.
Kikaiuchi (udon buatan mesin)
Dibuat di pabrik dengan mesin otomatis sehingga harganya murah. Sebagian besar udon yang dijual di Jepang merupakan produksi pabrik.
Tenobe (udon yang dilebarkan dengan tangan)
Udon jenis ini termasuk langka, dibuat dengan cara menarik-narik adonan dan melipatnya berkali-kali dengan menggunakan dua batang kayu atau sumpit panjang. Cara ini mirip dengan teknik pembuatan somen atau mi tradisional Tiongkok.
[sunting] Berdasarkan bentuk fisik
Tama udon (udon bundar)
Udon mentah yang baru jadi direbus dengan air mendidih selama 1 menit. Setelah itu udon diangkat dan dibundarkan. Sebelum dimakan, udon masih harus direbus kembali dan ditiriskan. Udon jenis ini masih banyak mengandung air dan tidak tahan lama disimpan. Tama udon yang dimasukkan ke dalam kantong plastik disebut Yude udon (udon rebus) dan banyak dijual di pasar-pasar swalayan di Jepang.
Nama udon (udon segar)
Udon yang baru jadi, ditaburi tepung dan dibungkus. Udon segar biasanya lebih enak dari jenis udon lainnya, tapi tidak tahan lama disimpan. Selama belum direbus, tepung terigu yang dikandung udon terus mengalami proses pematangan. Udon segar harus segera dimasak karena cuma tahan beberapa hari saja. Sebelum dihidangkan, udon segar harus direbus dan ditiriskan airnya.
Hoshi udon (udon kering)
Udon yang dijadikan udon kering biasanya adalah hoso udon (udon tipis). Setelah jadi, udon dilipat sama panjang, berbentuk persegi empat dengan panjang sekitar 20 cm dan dikeringkan. Udon kering bisa tahan lama disimpan dan sebelum dimakan harus direbus terlebih dulu. Dibandingkan dengan udon segar, udon yang sudah dikeringkan rasanya tidak begitu enak. Udon jenis ini sering digunakan untuk membuat udon goreng yang disebut Yakiudon.
Reitō udon (udon beku)
Setelah direbus dengan air mendidih, udon langsung dibekukan. Jenis udon segar yang dibekukan tanpa direbus lebih dulu disebut Reitonama udon (udon segar beku). Air yang terkandung di dalam berbagai jenis mi akan mengembang bila dibekukan. Susunan molekul tepung terpecah-pecah sehingga rasa mi menjadi kurang enak. Agar udon beku yang sudah direbus bisa kenyal kembali, produsen udon sering menambahkan tapioka atau zat tepung yang lain.
Udon instan
Udon instan yang dijual dalam kemasan mangkok biasanya sudah digoreng dengan minyak atau mengalami proses freeze drying. Udon instan tahan lama dan bisa langsung dimakan setelah diseduh air panas. Udon instan yang tidak digoreng tapi dikeringkan dengan hembusan udara panas sering dianggap lebih enak.
[sunting] Berdasarkan cara masak
[sunting] Udon yang disajikan panas-panas
Nabeyaki udon
Misonikomi udon
Udon rebus
Setelah direbus dan ditiriskan, udon diletakkan di dalam mangkok dan diberi kuah yang panas. Di atasnya lalu diberi berbagai macam lauk. Di daerah Kanto, udon rebus yang di atasnya tidak diberi apa-apa disebut Kakeudon, sedangkan di daerah Kansai disebut Su-udon.
Udon kuah yang tidak diberi apa-apa merupakan cara menikmati udon yang paling umum di daerah Kansai. Udon yang lebih lunak lebih disukai di daerah Kansai, karena bisa menyerap kuah lebih banyak. Tapi di daerah Kansai juga terdapat banyak rumah makan Sanuki udon yang menyajikan udon yang lebih kenyal.
Kama-age udon
Udon yang sudah direbus tidak ditiriskan dulu dan langsung disajikan di dalam pancinya yang disebut "kama". Udon dimakan sesuap demi sesuap dengan sumpit setelah sebelumnya dicelupkan dalam kuah yang ada di mangkok terpisah.
Bukkake udon
Setelah direbus, udon dicuci sekali dengan air dingin untuk menghilangkan lendir yang tersisa. Disajikan sewaktu masih hangat atau didinginkan lebih dulu. Udon disajikan di dalam mangkok dengan sedikit kuah kental yang dibuat dari dashi kombu dan kecap asin. Sebelum dimakan, udon perlu diaduk-aduk lebih dulu. Di atasnya sering dihias dengan telur puyuh mentah dan katsuobushi.
Nikomi udon
Udon yang dihidangkan di hotpot (mangkuk tanah liat) merupakan makanan musim dingin. Secara umum di Jepang dikenal sebagai Nabeyaki udon. Prefektur Aichi terkenal masakan udon bernama Misonikomi udon. Udon yang sudah direbus, digodok kembali di dalam kuah miso (hatchō miso) yang kental hingga rasa miso menyerap ke dalam udon dan dihidangkan panas-panas.
[sunting] Udon yang disajikan dingin
Hiyashi udon
Udon yang sudah direbus, didinginkan dulu dengan air es. Udon disajikan di dalam mangkok dan dituangi saus (tsuyu) yang juga dingin. Hiyashi udon merupakan makanan di musim panas. Dihidangkan bersama penyedap seperti daun bawang, parutan jahe, wijen, atau myōga.
Zaru udon
Udon yang sudah direbus, didinginkan dengan air es dan ditiriskan. Udon disajikan di atas nampan kecil dari bambu (zaru), sama seperti menghidangkan makanan yang disebut zarusoba. Sama seperti Hiyashi udon yang dinikmati di musim panas, zaru udon dimakan sesuap demi sesuap dengan sumpit setelah dicelupkan ke dalam kuah yang ada di mangkok terpisah.
Bukkake udon
Udon yang sudah didinginkan dengan air es dihidangkan di dalam mangkuk bersama saus (tsuyu) yang juga dingin. Di atasnya diletakkan berbagai macam gorengan (tempura) atau dimakan bersama parutan lobak.
Sarada udon (selada udon)
Udon dingin diletakkan di atas berbagai macam sayur-sayuran seperti ketimun, daun selada, dan tomat. Saus untuk selada (dressing) bisa berupa mayones atau campuran cuka dan kecap asin dengan rasa wijen.
[sunting] Cara makan yang lain
Yakiudon
Sebagai pengganti mi, udon dimasak seperti Yakisoba. Cara masak udon seperti ini baru dikenal sejak tahun 1970-an.
Age udon
Udon segar dipotong-potong sama panjang dan digoreng seperti french fries. Dimakan sebagai makanan ringan dengan taburan garam sewaktu minum bir.
[sunting] Berdasarkan lauk
Kitsune udon
[sunting] Su-udon (Kakeudon)
Udon setelah direbus diberi kuah dan dimakan tanpa lauk selain irisan daun bawang. Su-udon merupakan cara menikmati udon yang paling sederhana. Warna kuah Su-udon berbeda antara versi Kansai dan Kanto.
[sunting] Kayaku udon
Kayaku udon adalah udon dengan berbagai macam lauk yang diletakkan di atasnya. Di daerah Kansai, "kayaku" berarti lauk tapi istilah ini mungkin tidak dimengerti orang di daerah Kanto yang menyebut lauk sebagai "tanemono". Di beberapa tempat di Jepang bagian barat, udon jenis ini dikenal sebagai "Okame udon," dengan lauk seperti naruto (irisan bakso ikan dengan sedikit warna merah jambu), spinacia dan daging ayam.
[sunting] Kitsune udon
Aburage yang dimasak manis dengan kecap asin dan gula diletakkan di atas udon kuah. Kitsune udon merupakan makanan populer di daerah Kansai. Di beberapa daerah, udon kuah dengan aburage dikenal juga sebagai Tanuki udon.
[sunting] Tsukimi udon
Udon diletakkan di dalam mangkuk, di atasnya diletakkan telur mentah dan disirim dengan kuah dashi yang panas. Dalam bahasa Jepang, "tsukimi" berarti "melihat bulan", putih telur yang terkena kuah panas terlihat seperti awan dan kuning telur pada udon terlihat bulat seperti bulan.
[sunting] Tempura udon
Udon kuah yang di atasnya diberi tempura (udang atau cumi-cumi) dan kakiage.
[sunting] Tanuki udon dan Haikara udon
Di daerah Kanto, udon kuah dengan taburan tenkasu disebut Tanuki udon. Di daerah Kansai, hidangan yang sama disebut Haikara udon, sedangkan di Kyoto, Tanuki udon berarti udon kuah yang diatasnya diberi irisan aburage.
[sunting] Kare udon
Kuah dibuat dari dashi ditambah bubuk kare dan sedikit dikentalkan dengan tambahan tepung. Daging yang digunakan adalah daging sapi.
Kare udon baru dikenal pada zaman Meiji, mulanya dianggap orang sebagai makanan luar biasa aneh. Tapi sekarang hampir semua penjual udon di Jepang menyediakan kare udon.
Kare udon sering tidak disukai orang karena mengotori baju sewaktu dimakan. Udon yang licin sulit diangkat dengan sumpit dan udon yang jatuh mencipratkan kuah kare ke baju. Celemek sering disediakan rumah makan udon untuk tamu yang takut bajunya kotor akibat makan kare udon.
[sunting] Niku udon
Udon kuah dengan lauk daging sapi yang dimasak dengan kecap asin. Di daerah Kanto, daging yang dipakai adalah daging babi.
[sunting] Chikara udon
Chikara udon berarti "udon tenaga," berupa udon kuah dengan tambahan mochi di atasnya.
[sunting] Shippoku udon
Udon kuah khas Kyoto dengan jamur shiitake yang sudah dimasak dengan kecap asin, kamaboko, dan fu.
[sunting] Ankake udon
Udon dengan kuah yang dikentalkan dengan tepung. Udon jenis ini sering dijumpai di Kyoto dan dimakan bersama penyedap irisan daun bawang dan parutan jahe.
[sunting] Penyedap
Udon biasanya dimakan bersama irisan daun bawang. Jenis daun bawang yang digunakan juga berbeda antara daerah Kansai dan daerah Kanto.
Sampai pertengahan zaman Edo, udon juga sering dimakan dengan merica. Selain itu, udon sering diberi taburan bubuk cabai (ichimi togarashi), bubuk cabai bercampur berbagai rempah (hichimi togarashi), dan parutan jahe.
[sunting] Masakan udon berbagai daerah
Di berbagai daerah di Jepang terdapat banyak sekali variasi masakan udon, dan beberapa di antaranya yang terkenal:
Bei kare udon dari kota Bei di Hokkaido
Inaniwa udon dari Prefektur Akita.
Ise udon dengan kuah kental berwarna gelap dari Prefektur Mie
Kishimen udon dengan udon berbentuk pipih dari daerah Nagoya
Sanuki udon yang tebal dan kenyal dari Prefektur Kagawa
Hoto udon yang pipih dan lebar dari Prefektur Yamanashi
Dangojiru dari Prefektur Ōita, mirip dengan Hoto udon
Kamis, 27 Agustus 2009
Tatami
Tatami
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Langsung ke: navigasi, cari
Kamar dengan enam tikar Tatami dan shoji.
Tatami (畳 tatami ?) (secara harafiah berarti "lipat dan tumpuk") adalah semacam tikar yang berasal dari Jepang yang dibuat secara tradisional, Tatami dibuat dari jerami yang sudah ditenun, namun saat ini banyak Tatami dibuat dari styrofoam. Tatami mempunyai bentuk dan ukuran yang beragam, dan sekelilingnya dijahit dengan kain brokade atau kain hijau yang polos.
Pada mulanya, Tatami adalah barang mewah yang dapat dimiliki orang kaya. Saat itu kebanyakan rumah orang miskin tidak memiliki lantai, melainkan tikar. Tatami kemudian menjadi populer diabad ke-17.
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Langsung ke: navigasi, cari
Kamar dengan enam tikar Tatami dan shoji.
Tatami (畳 tatami ?) (secara harafiah berarti "lipat dan tumpuk") adalah semacam tikar yang berasal dari Jepang yang dibuat secara tradisional, Tatami dibuat dari jerami yang sudah ditenun, namun saat ini banyak Tatami dibuat dari styrofoam. Tatami mempunyai bentuk dan ukuran yang beragam, dan sekelilingnya dijahit dengan kain brokade atau kain hijau yang polos.
Pada mulanya, Tatami adalah barang mewah yang dapat dimiliki orang kaya. Saat itu kebanyakan rumah orang miskin tidak memiliki lantai, melainkan tikar. Tatami kemudian menjadi populer diabad ke-17.
Pheonix
Phoenix (mitologi)
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Langsung ke: navigasi, cari
Lihat pula: Burung Api (mitologi)
Burung Phoenix dalam Riwayat Nuremberg.
Phoenix (Phœnix) dalam mitologi Mesir adalah burung legendaris yang keramat. Burung Api ini digambarkan memiliki bulu yang sangat indah berwarna merah dan keemasan.
Phoenix dikatakan dapat hidup selama 500 atau 1461 tahun. Setelah hidup selama itu, Phoenix membakar dirinya sendiri. Setelah itu, dari abunya, munculah burung Phoenix muda. Siklus hidup burung Phoenix seperti itu (regenerasi), bangkit kembali setelah mati, lalu muncul sebagai sosok yang baru.
Phoenix merupakan simbol dari keabadian, lambang dari siklus kehidupan setelah mati, dan simbol dari kebangkitan tubuh setelah mati.
Phoenix menjadi simbol suci pemujaan terhadap Dewa matahari di Heliopolis, Mesir. Burung Phoenix simbol dari "Dewa Matahari - Ra".Dalam mitologi hindu phoenix juga digambarkan sebagai garuda.
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Langsung ke: navigasi, cari
Lihat pula: Burung Api (mitologi)
Burung Phoenix dalam Riwayat Nuremberg.
Phoenix (Phœnix) dalam mitologi Mesir adalah burung legendaris yang keramat. Burung Api ini digambarkan memiliki bulu yang sangat indah berwarna merah dan keemasan.
Phoenix dikatakan dapat hidup selama 500 atau 1461 tahun. Setelah hidup selama itu, Phoenix membakar dirinya sendiri. Setelah itu, dari abunya, munculah burung Phoenix muda. Siklus hidup burung Phoenix seperti itu (regenerasi), bangkit kembali setelah mati, lalu muncul sebagai sosok yang baru.
Phoenix merupakan simbol dari keabadian, lambang dari siklus kehidupan setelah mati, dan simbol dari kebangkitan tubuh setelah mati.
Phoenix menjadi simbol suci pemujaan terhadap Dewa matahari di Heliopolis, Mesir. Burung Phoenix simbol dari "Dewa Matahari - Ra".Dalam mitologi hindu phoenix juga digambarkan sebagai garuda.
Tachi
Tachi
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Langsung ke: navigasi, cari
Tachi karya Bishu Osafune Sukesada, zaman Muromachi
Tachi (太刀 ?) adalah sejenis pedang Jepang yang lebih melengkung dan sedikit lebih panjang daripada katana. Gilbertson, Oscar Ratti, dan Adele Westbrook mengatakan bahwa pedang disebut tachi jika digantung pada obi dengan sisi tajam mengarah ke bawah, dan pedang yang sama disebut katana jika dibawa dengan sisi tajam mengarah ke atas dan diselipkan pada korset.[1] Pedang model tachi akhirnya tak dipakai lagi dan digantikan oleh katana. Sementara itu, pedang model daitō (pedang panjang yang lebih dulu ada daripada katana), panjang rata-rata mata pedangnya sekitar 78 cm (lebih panjang dari katana yang panjang rata-ratanya sekitar 70 cm). Berlawanan dengan cara tradisional membawa katana, tachi dikenakan dengan sisi tajam mengarah ke bawah dan biasanya dibawa pasukan kavaleri. Variasi dari panjang rata-rata tachi dibedakan dengan awalan ko- untuk tachi berukuran pendek dan ō- untuk tachi berukuran lebih panjang. Sebagai contoh, tachi model shōtō yang panjangnya hampir sama dengan wakizashi disebut kodachi. Pedang tachi terpanjang yang disebut ōdachi dari abad ke-15 berukuran panjang lebih dari 3,7 meter (panjang mata pedangnya 2,2 m) namun tachi model ini diperkirakan hanya digunakan pada upacara-upacara. Pada tahun 1600-an, banyak tachi kuno diperpendek menjadi katana. Hampir seluruh pedang tachi yang sekarang ada termasuk jenis o-suriage. Jadi, jarang sekali terdapat pedang tachi ubu yang asli dan bertanda tangan.[rujukan?]
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Langsung ke: navigasi, cari
Tachi karya Bishu Osafune Sukesada, zaman Muromachi
Tachi (太刀 ?) adalah sejenis pedang Jepang yang lebih melengkung dan sedikit lebih panjang daripada katana. Gilbertson, Oscar Ratti, dan Adele Westbrook mengatakan bahwa pedang disebut tachi jika digantung pada obi dengan sisi tajam mengarah ke bawah, dan pedang yang sama disebut katana jika dibawa dengan sisi tajam mengarah ke atas dan diselipkan pada korset.[1] Pedang model tachi akhirnya tak dipakai lagi dan digantikan oleh katana. Sementara itu, pedang model daitō (pedang panjang yang lebih dulu ada daripada katana), panjang rata-rata mata pedangnya sekitar 78 cm (lebih panjang dari katana yang panjang rata-ratanya sekitar 70 cm). Berlawanan dengan cara tradisional membawa katana, tachi dikenakan dengan sisi tajam mengarah ke bawah dan biasanya dibawa pasukan kavaleri. Variasi dari panjang rata-rata tachi dibedakan dengan awalan ko- untuk tachi berukuran pendek dan ō- untuk tachi berukuran lebih panjang. Sebagai contoh, tachi model shōtō yang panjangnya hampir sama dengan wakizashi disebut kodachi. Pedang tachi terpanjang yang disebut ōdachi dari abad ke-15 berukuran panjang lebih dari 3,7 meter (panjang mata pedangnya 2,2 m) namun tachi model ini diperkirakan hanya digunakan pada upacara-upacara. Pada tahun 1600-an, banyak tachi kuno diperpendek menjadi katana. Hampir seluruh pedang tachi yang sekarang ada termasuk jenis o-suriage. Jadi, jarang sekali terdapat pedang tachi ubu yang asli dan bertanda tangan.[rujukan?]
Wakizashi
Wakizashi
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Langsung ke: navigasi, cari
Peletakan pedang gaya Wakizashi, zaman Edo,abad ke-19
Wakizashi (bahasa Jepang: 脇差) adalah pedang Jepang tradisional dengan panjang mata bilah antara 30 dan 60 sentimeter (antara 12 hingga 24 inci), serupa tetapi lebih pendek bila dibandingkan dengan katana yang sering dikenakan bersama-sama. Apabila dikenakan bersama, pasangan pedang ini dikenali sebagai daisho, yang apabila diterjemahkan secara harafiah sebagai "besar dan kecil"; "dai" atau besar untuk katana, dan "sho" untuk wakizashi.
Wakizashi diperbuat dengan bentuk "zukuri" dan "niku" yang berbeda, dan biasanya, tebal bilah pedangnya lebih tipis dibandingkan dengan katana. Ia seringkali dikatakan mempunyai "kurang niku" (yang artnya secara harfiah 'daging', ukuran bagaimana bengkoknya convex mata bilah itu) dan dengan itu memotong sasaran "lembuh" lebih dashyat berbanding katana.
Wakizashi digunakan sebagai senjata samurai apabila tidak ada Katana. Apabila memasuki bangunan suci atau bangunan istana, samurai akan meninggalkan katananya pada para pengawal pada pintu masuk. Namun, wakizashi selalu tetap dibawa pada setiap waktu, dan dengan itu, ia menjadi senjata bagi samurai, serupa seperti penggunaan pistol bagi tentara. Seseorang samurai akan mengenakannya ketika dia sadar bahkan sewaktu mereka tidur, senjata itu tetap berada disampingnya. Pada masa silam, terutamanya semasa perang saudara, tanto dikenakan bagi menggantikan wakizashi.
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Langsung ke: navigasi, cari
Peletakan pedang gaya Wakizashi, zaman Edo,abad ke-19
Wakizashi (bahasa Jepang: 脇差) adalah pedang Jepang tradisional dengan panjang mata bilah antara 30 dan 60 sentimeter (antara 12 hingga 24 inci), serupa tetapi lebih pendek bila dibandingkan dengan katana yang sering dikenakan bersama-sama. Apabila dikenakan bersama, pasangan pedang ini dikenali sebagai daisho, yang apabila diterjemahkan secara harafiah sebagai "besar dan kecil"; "dai" atau besar untuk katana, dan "sho" untuk wakizashi.
Wakizashi diperbuat dengan bentuk "zukuri" dan "niku" yang berbeda, dan biasanya, tebal bilah pedangnya lebih tipis dibandingkan dengan katana. Ia seringkali dikatakan mempunyai "kurang niku" (yang artnya secara harfiah 'daging', ukuran bagaimana bengkoknya convex mata bilah itu) dan dengan itu memotong sasaran "lembuh" lebih dashyat berbanding katana.
Wakizashi digunakan sebagai senjata samurai apabila tidak ada Katana. Apabila memasuki bangunan suci atau bangunan istana, samurai akan meninggalkan katananya pada para pengawal pada pintu masuk. Namun, wakizashi selalu tetap dibawa pada setiap waktu, dan dengan itu, ia menjadi senjata bagi samurai, serupa seperti penggunaan pistol bagi tentara. Seseorang samurai akan mengenakannya ketika dia sadar bahkan sewaktu mereka tidur, senjata itu tetap berada disampingnya. Pada masa silam, terutamanya semasa perang saudara, tanto dikenakan bagi menggantikan wakizashi.
Katana
Katana
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Langsung ke: navigasi, cari
Sebilah katana "Type 94" era Perang Dunia II.
Katana (刀) adalah pedang panjang Jepang (daitō, 大刀), walaupun di Jepang sendiri ini merujuk pada semua jenis pedang. Katana adalah kunyomi (sebutan Jepang) dari bentuk kanji 刀; sedangkan onyomi (sebutan Hanzi) karakter kanji tersebut adalah tō. Ia merujuk kepada pedang satu mata, melengkung yang khusus yang secara tradisi digunakan oleh samurai Jepang.
Katana biasanya dipasangkan dengan wakizashi atau shōtō, bentuknya mirip tapi dibuat lebih pendek, keduanya dipakai aleh anggota kelas ksatria. Kedua senjata dipakai bersama-sama disebut daishō, dan mewakili kekuatan sosial dan kehormatan pribadi samurai. Pedang panjang dipakai untuk pertempuran terbuka, sementara yang lebih pendek dipakai sebagai senjata sampingan (side arm), lebih cocok untuk menikam, pertempuran jarak dekat, dan seppuku (suatu bentuk ritual bunuh diri).
Katana terutama digunakan untuk memotong,dan diutamakan dipakai dengan dua pegangan tangan. Sementara seni praktis penggunaan pedang untuk tujuannya semula telah usang, kenjutsu dan laijutsu beralih menjadi seni beladiri modern.
Pedang Jepang yang asli sekarang ini adalah barang yang langka, walaupun yang benar-benar antik dapat diperoleh dengan harga yang sangat mahal. Katana dan wakizashi modern hanya dibuat oleh sedikit praktisi berlisensi yang masih membuat kerajinan senjata ini sekarang, meskipun katana "Type 98" juga langka.
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Langsung ke: navigasi, cari
Sebilah katana "Type 94" era Perang Dunia II.
Katana (刀) adalah pedang panjang Jepang (daitō, 大刀), walaupun di Jepang sendiri ini merujuk pada semua jenis pedang. Katana adalah kunyomi (sebutan Jepang) dari bentuk kanji 刀; sedangkan onyomi (sebutan Hanzi) karakter kanji tersebut adalah tō. Ia merujuk kepada pedang satu mata, melengkung yang khusus yang secara tradisi digunakan oleh samurai Jepang.
Katana biasanya dipasangkan dengan wakizashi atau shōtō, bentuknya mirip tapi dibuat lebih pendek, keduanya dipakai aleh anggota kelas ksatria. Kedua senjata dipakai bersama-sama disebut daishō, dan mewakili kekuatan sosial dan kehormatan pribadi samurai. Pedang panjang dipakai untuk pertempuran terbuka, sementara yang lebih pendek dipakai sebagai senjata sampingan (side arm), lebih cocok untuk menikam, pertempuran jarak dekat, dan seppuku (suatu bentuk ritual bunuh diri).
Katana terutama digunakan untuk memotong,dan diutamakan dipakai dengan dua pegangan tangan. Sementara seni praktis penggunaan pedang untuk tujuannya semula telah usang, kenjutsu dan laijutsu beralih menjadi seni beladiri modern.
Pedang Jepang yang asli sekarang ini adalah barang yang langka, walaupun yang benar-benar antik dapat diperoleh dengan harga yang sangat mahal. Katana dan wakizashi modern hanya dibuat oleh sedikit praktisi berlisensi yang masih membuat kerajinan senjata ini sekarang, meskipun katana "Type 98" juga langka.
Nene
A. SejarahNene (1546-1624) adalah seorang perempuan bangsawan di masa Sengoku dan periode Edo. Dia adalah wanita yang dikenal cantik, pintar, dan yang menikahi Toyotomi Hideyoshi. Dia lahir pada tahun 1546, saudara wanita dari Sugihara Sadatoshi. Pada tahun 1561 dia menikahi Toyotomi Hideyoshi, seorang lelaki yang menjadi Taiko (pemersatu jepang). Dia menjadi Istri kesayangan Toyotomi Hideyoshi. Dia mendapatkan gelar Kita no Mandokoro. Nene sebagai istri Hideyoshi sangat membantu perjuangan suaminya karena dia mempunyai hubungan keluarga dengan sebagaian pengikut Hideyoshi yang merupakan keluarga samurai. Diantaranya Sugihara Ietsugu (paman dari Nene), Kinoshita Iesada ( Kakak lelaki Nene), Asano Nagamasa (Kakak ipar Nene). Mereka ini nantinya merupakan pengikut Hideyoshi yang mempunyai peranan penting dalam pihak Toyotomi. Walaupun Nene tidak mempunyai seorang anak dari Hideyoshi, tetapi dia dikenal karena kepandaiannya dimasa itu karena dia sering memberikan nasihat kepada Hideyoshi tentang pemerintahan melalui surat-suratnya.
Ketika Hideyoshi berhasil menyatukan jepang, Nene sering menemani dalam tiap pesta yang di datangi oleh Hideyoshi. Dia sangat sopan dan menghormati semua tamu yang ada pada pesta tersebut. Bahkan pada saat Hideyoshi terbaring sakit dia mengadakan ritual untuk mendoakan kesembuhan Hideyoshi.
Walaupun Nene kelihatan bahagia, sebenarnya dia sedang galau karena harus berkompetisi dengan wanita lain untuk mendapatkan perhatian Hideyoshi. dan dalam surat Oda Nobunaga untuk Nene, Nobunaga mengatakan bahwa Hideyoshi tidak puas dengan Nene karena tidak bisa memberikan dia anak. Ada rumor beredar bahwa selama perang Sekigahara, Nene menjadi bagian dari pihak Tokugawa. Setelah kematian Hideyoshi pada tahun 1598, Nene menjadi seorang bikuni dan mengganti namanya menjadi Kodai-in, dia menjadi bikuni di kuil Kodai-ji di Kyoto dimana itu sebagai makam dari suaminya, ibu, dan juga Toyotomi Hideyori. Selama masa perang Sekigahara dia dikabarkan memihak Tokugawa Ieyashu.
Ketika Hideyoshi berhasil menyatukan jepang, Nene sering menemani dalam tiap pesta yang di datangi oleh Hideyoshi. Dia sangat sopan dan menghormati semua tamu yang ada pada pesta tersebut. Bahkan pada saat Hideyoshi terbaring sakit dia mengadakan ritual untuk mendoakan kesembuhan Hideyoshi.
Walaupun Nene kelihatan bahagia, sebenarnya dia sedang galau karena harus berkompetisi dengan wanita lain untuk mendapatkan perhatian Hideyoshi. dan dalam surat Oda Nobunaga untuk Nene, Nobunaga mengatakan bahwa Hideyoshi tidak puas dengan Nene karena tidak bisa memberikan dia anak. Ada rumor beredar bahwa selama perang Sekigahara, Nene menjadi bagian dari pihak Tokugawa. Setelah kematian Hideyoshi pada tahun 1598, Nene menjadi seorang bikuni dan mengganti namanya menjadi Kodai-in, dia menjadi bikuni di kuil Kodai-ji di Kyoto dimana itu sebagai makam dari suaminya, ibu, dan juga Toyotomi Hideyori. Selama masa perang Sekigahara dia dikabarkan memihak Tokugawa Ieyashu.
Langganan:
Postingan (Atom)